Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Hindari Julukan Untuk Si Kecil

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Nama-nama julukan seperti Si Ganteng, Si Cantik, Si Kribo, Si Pintar, Si Mungil dan sebagainya, terdengar biasa ya. Tapi hati-hati karena memberi julukan atau name calling juga bagian dari verbal bullying.

Si kecil mungkin menerima nama julukannya dengan sikap biasa saja. Tetapi julukan bermakna negatif akan mengakibatkan penurunan harga diri dan krisis percaya diri hingga dewasa.

Psikolog klinis dan hypnotherapist dari Sanatorium Dharmawangsa Klinik Kesehatan Mental, Liza Marielly Djaprie mengungkap, name calling sering dianggap biasa dalam budaya ramah-tamah yang kita anut. Nama panggilan kadang dibuat untuk menunjukkan kedekatan. Tapi bisa jadi pemilik nama merasa keberatan.

“Meski julukan bagus, kayak Si Ganteng misalnya, tetap bisa berdampak kurang baik. Oke kalau orang yang mendapat julukan menerimanya dengan baik, tapi bisa saja ia merasa tidak pas dan menganggap  itu olok-olok.”

Secara psikologis, nama mengakar pada satu tempat. Liza mencontohkan namanya sendiri yang merupakan pemberian orangtua dari pelesetan nama penyanyi terkenal, Liza Minneli.

Nama itu sempat berubah menjadi Liza Bonnet dan Liza Gajah Mada ketika tubuhnya gemuk. Begitu pula dengan nama Djaprie, yang kerap dipelesetkan menjadi Japri atau jalur pribadi. “Saya harus mengkoreksi dan dengan bangga bilang, ini nama keluarga saya. Ini akar saya,” ujar psikolog yang mendukung kampanye anti name calling, Rayakan Namamu, bersama Coca-Cola Indonesia ini.

Liza menuturkan, verbal bullying memang tidak membuat luka fisik, seperti memar, berdarah atau patah tulang. Tapi penelitian menunjukkan, tipe penindasan seperti ini yang menjadi penyebab maraknya kasus bunuh diri pada anak dan remaja.

“Efeknya secara psikologis, ia akan memiliki tingkat percaya diri rendah, minder, dan merasa tidak punya harga diri. Ada juga efek psikosomatik, seperti sakit kepala, migraine, hingga sikap menyakiti diri sendiri karena merasa tidak berharga.”

Mencegah tindakan name calling bisa kita mulai dari diri sendiri dan keluarga. Ia menyarankan untuk selalu memanggil seseorang dengan nama aslinya. Ketika mendapati seseorang dengan nama julukan yang sudah melekat, cobalah tanya siapa nama aslinya dan mulai memanggil dengan nama sebenarnya.

“Selain kuatir anak-anak menjadi korban, saya juga tidak mau anak-anak menjadi pelaku bullying,” ujar mom empat anak ini. “Pelaku biasanya memiliki masalah psikologis di rumah, jadi perlu kedekatan antara orangtua dengan anak. Biarkan anak bermain bersama teman-temannya karena dalam bermain, ia akan belajar bernegosiasi, toleransi dan berempati.”

Psikolog klinis Liza Marielly Djaprie
Psikolog klinis Liza Marielly Djaprie

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *