Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Ning Nathan Bahagia Dengan Anak Istimewa

Ning Nathan bersama Shinta  Barasa, terapis ABK, di acara bedah buku
Ning Nathan bersama Shinta Barasa, terapis ABK, di acara bedah buku

Menjadi mom dari dua anak istimewa tidak membuat Ning Nathan merasa tertekan. Ia dan suaminya menjalani dengan bahagia dan banyak belajar hingga akhirnya Ning menulis buku Tuhan Tidak Salah Desain. Buku ini bisa dijadikan panduan Moms & Dads dalam mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus atau ABK, bukan dari sudut pandang medis maupun psikologi, tetapi dari pengalaman seorang mom.

Dalam acara bedah buku bersama penerbit Gramedia Pustaka Utama di Gramedia Central Park Mall, Jakarta, Ning mengakui ia belajar banyak dari sikap pantang menyerah putra keduanya, Patrick, dan sikap bersyukur si sulung William. “Saya pernah bertanya pada William, apa dia menyesal? Dia bilang, ‘saya tidak menyesal, saya malah bersyukur karena Tuhan menciptakan saya spesial. Walaupun orang lain merasa saya aneh, saya melihat keanehan ini bisa digunakan untuk melakukan sesuatu yang orang lain tidak bisa.’ Dia sangat kreatif,” papar perintis Revive Institute ini, terharu.

Kekhususan William baru dipahami di tengah upaya keras Ning dan suaminya mengatasi masalah yang dialami Patrick. Keduanya mengalami Attention Deficit Disorder atau ADD dalam tingkatan berbeda. Patrick kecil lebih sering tantrum dan mengalami dyslexia atau kesulitan membaca saat memasuki usia sekolah. Akhirnya setiap kali Patrick berkonsultasi ke psikolog, Ning membawa serta William.

Dalam Tuhan Tidak Salah Desain, Ning memperkenalkan konsep Revive untuk mendidik anak istimewa. Revive terdiri atas enam unsur, yaitu Reframe atau membentuk paradigma baru dari cara pandang Moms & Dads terhadap ABK, Evolve atau semakin bertumbuh, Victory – hidup yang berkemenangan, Inspire – menginspirasi orang lain, Volunteer – menjadi relawan dan Empower – menjadi pelatih orangtua. Konsep ini bertujuan menginspirasi Moms & Dads, orangtua ABK, untuk bangkit (revive), berdamai dengan kondisi si kecil dan menjadi berdaya guna bagi sesama.

“Prinsipnya adalah ‘love’, mengasihi anak. Artinya, memahami dan mengerti dia sebagai ciptaan Tuhan yang unik. Kita perlu menolong dia supaya terus bertumbuh, mendampingi dan bukan mengatur hidupnya. Agar dia bisa terus berkembang kuncinya berawal dari kesukaan dia sendiri. Seperti Patrick misalnya, ternyata dia sangat suka berolahraga dan bisa memasak,” ujar mom yang baru menyadari kesukaan dan kelebihan Patrick setelah memindahkannya dari sekolah umum ke home schooling.

Patrick sendiri mengakui, berolahraga membuatnya mampu mengurangi masalah sensorik pada dirinya. Ia juga kini lebih bisa mengendalikan emosi dan dapat bertahan di tengah kebisingan mall. ”Saya juga sekarang sudah bisa bersosialisasi seperti seorang pebisnis,” ujar anak yang ingin menjadi pengusaha ini.

Tidak hanya menulis buku, yang royaltinya akan disumbangkan untuk yayasan peduli anak istimewa, Ning ingin menggalakkan home therapy bagi anak istimewa dan membentuk Parents Coach untuk melatih orangtua ABK yang ingin berbagi. Revive Institute yang tengah dirintisnya adalah sebuah komunitas yang bergerak di bidang pengembangan generasi muda dan anak istimewa. Moms & Dads bisa mengetahui lebih lanjut di www.revive-institute.com atau FB Ning Nathan.

Patrick merasa banyak berubah setelah home schooling
Patrick merasa banyak berubah setelah home schooling

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *