Program EAiD Ajak Lebih Waspada Diabetes
|Lebih dari 90% kasus diabetes di seluruh dunia merupakan diabetes tipe-2. Artinya, gaya hidup yang kurang sehat menjadi faktor penyebab utama. Masalah ini tidak bisa ditangani oleh satu pihak. Itu sebabnya diluncurkan program EAiD, Early Action in Diabetes, di negara kita, kolaborasi antara PT AstraZeneca Indonesia dengan Kemenkes RI, Center for Health Economics and Policy Studies (CHEPS) FKM UI, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA).
“EAiD adalah program global untuk 40 negara, termasuk Indonesia. Ada kesamaan masalah seperti risiko komplikasi yang tinggi dan biaya pengobatan yang sangat besar,” ujar Rizman Abudaeri, Direktur PT AstraZeneca Indonesia dalam pengenalan program di Hotel JS Luwansa, Jakarta, 20 Desember 2018.
CHEPS FKM UI akan melakukan studi formatif berjudul Scoping Diabetes in Indonesia: A Baseline Study for Designing Innovative Intervention for managing Patient with T2DM sebagai landasan utama EAiD di Indonesia. Pengambilan sample akan dilakukan hingga Juni 2019 di 6 provinsi, melibatkan lebih dari 2.000 pasien dan lebih dari 19 Puskesmas. “Studi akan dilanjutkan dengan intervensi hingga Desember 2019 dan targetnya bisa scale up secara nasional hingga Juni 2020,” papar Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, PhD, Ketua CHEPS FKM UI.
Ia menambahkan,” Studi landasan ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris bagi pembuat kebijakan dalam merancang kebijakan untuk melayani dan mengobati pasien diabetes di Indonesia.”
Saat ini, jumlah pengidap diabetes di Indonesia mencapai 10,3 juta berdasarkan data IDF Diabetes Atlas edisi ke-8 (2017). Itu sebabnya negara kita menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah penderita diabetes dewasa tertinggi di dunia. Angka total penderita diabetes diprediksi akan terus meningkat dan mencapai 16,7 juta pada 2045.
Gaya hidup yang kurang sehat berisiko tinggi terhadap diabetes tipe-2. Penanganan umumnya mencakup pengurangan berat badan dan mengadopsi gaya hidup sehat dengan CERDIK. Dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD; Bendahara PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), mengungkap, ”Konsekuensi dari diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, termasuk di antaranya risiko penyakit kardiovaskular, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi yang jauh lebih tinggi.”
Program EAiD menggunakan pendekatan holistik, mencakup tiga tahapan. Pertama, peninjauan dasar masalah kunci diabetes di Indonesia. Kedua, mengimplementasi rekomendasi kebijakan berdasarkan data temuan awal. Dan ketiga, mengevaluasi hasil intervensi sebelum memperluas kebijakan. EAiD juga menggunakan pendekatan triple helix, dengan menyatukan akademia, industri, dan pemerintah.
Prof. Dr. dr. Agung Pranoto, SPPD-KEMD, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) menambahkan, “Edukasi mengenai penyakit, tindakan preventif serta dampak komplikasi penyakit diabetes merupakan hal yang sangat penting bagi pasien dan keluarga pasien dalam upaya penanggulangan penyakit diabetes melitus di Indonesia.”