Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Prematur Meningkatkan Risiko Anemia

Foto: istimewa
Foto: istimewa

Risiko anemia atau kekurangan sel darah merah cukup tingi pada bayi maupun orang dewasa. Angka penderitanya cukup tinggi di negara kita, terutama anemia defisiensi besi atau ADB. Hasil Riskesdas 2013, penderita anemia di negara kita 26,4% anak-anak dan 37, 1% adalah moms hamil.

Pada bayi, Moms dapat mendeteksi gejalanya. Selain kulit pucat, si kecil tampak lesu, detak jantungnya cepat, sering rewel, kehilangan nafsu makan, lidah bengkak dan kuku retak atau terbelah. Tapi bisa juga tidak tampak gejala apapun.

Anemia bisa disebabkan karena penyakit turunan, sickle cell anemia. Tetapi paling umum diakibatkan oleh kekurangan zat besi. Penyebabnya beragam. Bisa karena memang kurang asupan zat besi, bisa juga karena baru mengalami pendarahan atau kemampuan tubuhnya yang kurang dalam menyerap zat besi.

Zat besi diperlukan untuk membuat sel darah merah atau hemoglobin, yang mengikat oksigen dan membawanya ke seluruh tubuh. Kekurangan hemoglobin membuat tubuh si kecil tidak mendapat asupan oksigen yang cukup. Akibatnya tumbuh kembang si kecil dapat terhambat dan lebih rentan terkena infeksi.

Semua bayi berusia 9-24 bulan rentan terkena anemia. Risikonya meningkat bila:

  • Lahir prematur dengan bobot lahir rendah. Cadangan zat besi meningkat beberapa bulan menjelang si kecil lahir. Pada bayi lahir normal, cadangan ini bertahan hingga 4-6 bulan. Tapi pada bayi prematur hanya bertahan hingga dua bulan.
  • Minum susu sapi sebelum genap berusia 12 bulan. Kandungan zat besi dalam susu sapi rendah dan bisa mengganggu asupan zat besi dari makanan lain. Susu sapi juga dapat mengiritasi usus, menyebabkan pendarahan. Asupan zat besi rendah ditambah pendarahan akan memicu anemia.
  • Kekurangan zat besi dari makanan padat. Zat besi dari ASI dapat diserap tiga kali lebih baik dibanding susu formula. Tapi setelah si kecil dikenalkan dengan makanan padat, asupan ASI berkurang dan butuh zat besi tambahan dari makanan padat. Umumnya terjadi di usia 6 bulan ke atas.
  • Total mengkonsumsi susu formula tanpa tambahan zat besi. Untungnya sekarang hampir semua formula telah dilengkapi zat besi.

Untuk si kecil yang lahir prematur, Moms & Dads disarankan berkonsultasi dengan dokter mengenai asupan gizinya. Bagi bayi yang lahir normal, pemberian ASI selama setahun pertama sebaiknya dilakukan. Hindari susu sapi untuk bayi di bawah usia satu tahun dan pilih MPASI atau makanan padat yang kaya zat besi. Contohnya sereal bayi plus zat besi, daging unggas, ikan, daging tanpa lemak, sayuran hijau, nasi merah, dan kuning telur. Komsumsi juga banyak buah dan sayur yang kaya vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.

Pentingnya asupan zat besi untuk si kecil maupun Moms & Dads membuat Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) dan Merck mengkampanyekan Indonesia Bebas Anemia, sejak 16 Maret 2016. Lewat aktivitas di media sosial, Merck membuat booth kesehatan gratis Tanya Anemia center yang menyediakan Anemiameter.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *