Pahami dan Cegah Kanker Serviks
|Moms, rahim sebagai bagian utama sistem reproduksi kita rentan terkena penyakit, salah satunya kanker serviks. Meskipun masih menjadi salah satu penyebab kematian wanita tertinggi di dunia, penyakit ini sangat bisa dicegah. Jadi penting bagi semua orang untuk memahami dan mengetahui cara pencegahannya untuk menyelamatkan Moms dan generasi penerus.
Berbeda dengan jenis kanker lain, kanker leher rahim sudah diketahui penyebabnya yaitu virus HPV atau human papillomavirus terutama tipe 16 dan 18. Faktor risiko utama adalah menikah di usia muda atau di bawah usia 20 tahun. Selain itu bergonta-ganti pasangan dan pemakaian alat kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang.
“Tapi perlu diingat pemicu kanker itu multifactor, jadi tidak bisa langsung bilang ini pasti gara-gara menikah muda. Semua faktor, termasuk kekebalan tubuh rendah dan penyakit lain, bisa menyatu untuk memicu kanker. Yang penting adalah tingkatkan awareness, seperti jangan menikah muda. Bagi yang sudah menikah muda, sebaiknya awas diri, rutin cek,” tutur dr. Venita, Kabid Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Propinsi DKI Jakarta.
Pencegahan kanker serviks sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi. Bahkan vaksin HPV dapat diberikan sejak usia kanak-kanak, biasanya sekitar usia 11-12 tahun. Buat Moms, perlu menjalani skrining rutin terutama setelah menikah atau sebelum hamil dan setelah melahirkan untuk deteksi dini kanker yang baru menampakkan gejala di stadium lanjut ini.
“Ada tiga macam skrining untuk kanker serviks, yaitu IVA, Papsmear, dan yang terbaru Tes HPV. IVA lebih simple dan cepat serta sudah lama dijalankan pemerintah. Biaya IVA dan Papsmear juga sudah termasuk tanggungan BPJS,” ujar Prof. Dr. dr. Andrijono, SpOG(K) Ketua Umum Indonesia Working Group on HPV (IWG-HPV) saat peluncuran KICKS atau Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks, 26 April 2017 di Jakarta Pusat.
Tes IVA atau Visual Inspection with Acetic Acid dilakukan dengan cara menyemprotkan cairan asam asetat konsentrasi 3% sampai 5% di daerah mulut rahim. Tim medis akan melihat apakah ada perubahan warna menjadi putih atau tidak di area tersebut.
Sementara Papsmear adalah pemeriksaan pada sel permukaan leher rahim. Tim medis akan mengambil cairan di leher rahim dengan spatula dan memeriksanya dengan mikroskop. Biasanya dilakukan dengan syarat telah selesai haid paling tidak tiga hari, tidak melakukan kegiatan seksual dalam minimal tiga hari terakhir, dan tidak menggunakan obat-obatan yang berhubungan dengan intravagina. Sample yang diambil untuk Papsmear juga bisa digunakan untuk tes HPV di laboratorium.
Pemberian vaksin HPV adalah cara paling praktis untuk pencegahan kanker leher rahim dan kanker lainnya yang dipicu virus HPV. Tetapi untuk Moms yang sudah menikah, perlu dilakukan skrining terlebih dulu sebelum mendapatkan vaksin.
“Bila hasil skrining negatif, baru Moms boleh divaksin. Karena kalau tidak diskrining, kuatir sudah ada pre-kanker dan langsung berkembang menjadi kanker setelah vaksin,” ujar Prof. Andrijono.