Menyusui Dengan Puting Datar
|Saat bersiap menyusui si kecil untuk pertama kali, bisa jadi Moms langsung panik begitu melihat puting payudara Moms datar atau bahkan tenggelam. Puting datar maupun tenggelam umum dialami para ibu akibat perbesaran payudara selama hamil. Kondisi ini sering menjadi salah satu kendala pemberian ASI eksklusif buat si kecil.
Sebenarnya Moms tidak perlu panik, apalagi langsung menyerah dan memberi si kecil susu formula. Pastikan dulu apakah Moms benar-benar mengalami kondisi ini dengan cara menekan areola, daerah berwarna gelap di seputar puting. Tekan lembut dengan ibu jari dan telunjuk sekitar 2,5 cm dari puting. Jika puting mengerut ke dalam atau menekuk, berarti memang puting tenggelam.
Dengan puting datar ataupun tenggelam, Moms masih bisa menyusui si kecil. Bagaimana caranya? Tetap lakukan perlekatan, posisikan mulut bayi dengan benar di seputar areola. Hisapan dan gerakan lidahnya akan menstimulasi puting dan payudara Moms untuk tetap mengeluarkan ASI.
Bila cara ini belum berhasil, Moms dapat meminta bantuan ahli laktasi. Umumnya akan dilakukan pemijatan untuk menstimulasi puting. Bisa juga dengan menggunakan alat seperti nipple puller atau syringe, alat suntik yang dimodifikasi untuk menghisap puting.
Kuncinya, Moms tetap tenang dan percaya diri serta terus mencoba melakukan perlekatan dengan si kecil. Yakinkan diri bahwa Moms bisa memberikan yang terbaik untuknya. ASI mungkin tidak dapat keluar banyak, tapi kebutuhan si kecil yang baru lahir juga belum terlalu besar mengingat ukuran lambungnya masih sangat kecil.
Bila kuatir si kecil tidak mendapat cukup asupan ASI, di minggu pertama Moms dapat memanfaatkan breastpump untuk memerah ASI dan memberikannya pada si kecil dari cangkir. Breastpump juga dapat menstimulasi puting datar untuk kembali normal.
Stimulasi awal sebelum melahirkan juga bisa dilakukan. Tetapi hanya disarankan pada usia kehamilan 37 minggu ke atas. Menurut konselor laktasi RSIA Bunda, Muji Hananik, stimulasi payudara yang terlalu cepat akan merangsang peningkatan kadar hormon oksitosin, yang memicu kontraksi rahim. Kontraksi berlebihan meningkatkan risiko kelahiran prematur.