Gen Halilintar Kompak Dengan Sebelas Anak
|Memiliki sebelas anak super repot? Ternyata tidak buat Gen Halilintar. Malah kehadiran sebelas anak adalah anugerah yang sangat menyenangkan untuk mereka.
Keluarga unik ini tampak kompak dan seru saat menghadiri event Smart Islamic Parenting, yang diadakan Dompet Dhuafa di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan. Pasangan Lenggogeni Faruk atau Gen, 43 tahun, dan Halilintar Anofial Asmid, 47 tahun, berbagi cerita bagaimana mereka mengasuh anak-anak tanpa bantuan baby sitter maupun asisten rumah tangga dari tahun ke tahun.
“Setiap anak memiliki karakter sendiri. Sifat-sifat yang positif kita suburkan, yang negatif kita kuburkan. Mereka selalu mencontoh orangtuanya, jadi wajib mencontohkan yang baik terutama waktu mereka masih kecil karena anak-anak sangat cepat menyerap,” tutur Gen, yang melahirkan semua anaknya lewat persalinan normal.
Alumni Fakultas Ekonomi UI ini menceritakan tahun-tahun awal rumah tangga mereka. Gen menikah dengan Halilintar saat masih kuliah dan berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, walaupun sudah memiliki dua anak. “Saya datang ke acara wisuda bukan hanya bersama orangtua, tapi suami dan dua anak, satu dituntun, satunya di stroller,” ujarnya sambil tertawa.
Gen juga bukan ibu rumah tangga biasa. Ia mengembangkan beragam bisnis dengan suaminya dan tetap bepergian ke luar negeri bersama keluarga meski dalam keadaan hamil. Wajar bila beberapa anak mereka lahir saat mengembangkan bisnis di luar negeri. Bahkan Gen menuliskan kisah mereka di tiga buku Kesebelasan Gen Halilintar: My Family My Team, My Friends My Stars dan My Brother My Builder.
“Kami juga pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan. Di London, Gen dirampok dan paspornya hilang. Padahal waktu itu sedang hamil 9 bulan,” cerita Halilintar. Kehilangan paspor membuat mereka dideportasi, dan saat transit di Jordania, anak kelima, Abqariyyah, lahir.
Gen Halilintar menekankan kecintaan pada Yang Maha Kuasa di atas segalanya kepada anak-anak mereka. Sejak kecil, mereka juga dibiasakan untuk mandiri dan memiliki tugas masing-masing sesuai usia. Si bungsu Qahtan yang baru 4 tahun misalnya, memiliki tugas sederhana, merapikan sepatu atau sandal. Pada anak-anak yang lebih besar, tugas itu disesuaikan dengan minat dan kemampuan. Seperti Sohwa yang menyukai bidang fashion untuk mengurusi wardrobe keluarga dan membuka butik. Atau Saaih yang gemar mengutak-atik alat elektronik dan fasih sebagai pendokumentasi bersama Abqariyyah.
“Kami membuat aturan di usia 6 tahun, anak sudah harus mandiri. Saat ini Saleha yang mulai dilepas,” ujar Gen. Gen Halilintar juga biasa mempercayakan perawatan anak-anak yang lebih kecil pada anak yang lebih besar. “Sekarang kami jadi punya lebih banyak waktu berdua,” kata Halilintar.
Kesebelasan Gen Halilintar: Atta -21, Sohwa – 20, Sajidah – 19, Thariq – 17, Abqariyyah – 16, Saaih – 14, Fatim -12, Fateh -10, Muntaz – 8, Saleha – 5, Qahtan – 4.