Kehamilan Moms Dengan Hepatitis B
|Moms dengan hepatitis B atau HBV berisiko menularkan virusnya pada si kecil ketika persalinan. Bahkan datanya di negara kita mencapai 80%. Dan bayi yang terinfeksi HBV, 90%-nya akan mengidap hepatitis B kronis atau sebagai pembawa alias carrier pada bayi perempuan.
Agar si kecil terhindar dari HBV, Moms perlu menjalani skrining HBsAg sebelum dan selama kehamilan. Bila hasilnya HBsAg-positif, berarti Moms dan janin perlu penanganan khusus dari dokter. Moms bisa saja terinfeksi HBV pada trimester kedua atau ketiga. Walaupun prosentasinya lebih rendah, Moms tetap berpeluang menularkan virus pada bayi.
Risiko bayi tertular lewat plasenta saat masih dalam kandungan sangat kecil dibanding waktu persalinan, hanya sekitar 3-4%. Sementara ketika persalinan, si kecil tidak hanya bisa tertular lewat plasenta, tetapi juga kontaminasi darah dan kotoran Moms hingga kontak langsung dengan Moms setelah melahirkan.
Perlu Moms lakukan sebelum dan selama hamil:
- Mendapatkan antibodi pasif atau immunoglobulin hepatitis B (HBIg) dan vaksin hepatitis B.
- Memastikan pasangan mendapatkan imunisasi hepatitis B.
- Tidak minum alkohol karena dapat mempercepat kerusakan hati.
- Menghindari obat-obatan hepatotoksis atau pemicu kerusakan hati, seperti asetaminofen
- Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan.
- Tidak berbagi alat pribadi yang berisiko terpapar darah, seperti gunting kuku, alat cukur dan sikat gigi.
- Rutin berkonsultasi dan cek kesehatan ke dokter atau bidan yang menangani Moms.
- Memilih persalinan dengan operasi cesar.
Perlu dilakukan setelah persalinan:
- Pastikan si kecil mendapatkan HBIg dan vaksin hepatitis B dalam waktu kurang dari 12 jam setelah lahir.
- Menyusui si kecil dan memastikan tidak ada luka pada puting Moms yang bisa mengeluarkan darah dan menginfeksi bayi.
- Memberikan imunisasi hepatitis B lanjutan saat si kecil berusia 1 bulan dan 5-6 bulan.
- Kontrol paling tidak setahun sekali ke dokter