Kekurangan Vitamin D, Berisiko Preeklampsia
Asupan vitamin D yang cukup sangat penting saat merencanakan kehamilan, Moms. Kekurangannya selama hamil dapat meningkatkan risiko preeclampsia dan kelahiran prematur. Perkembangan tulang janin pun bisa terganggu dan berisiko mengalami rickets atau pelemahan dan pelunakan tulang karena vitamin D diperlukan untuk penyerapan dan metabolisme kalsium dan fosfor.
Asupan vitamin D yang cukup bermanfaat untuk menjaga kekebalan tubuh Moms dan proses pembelahan sel yang sehat. Banyak hasil penelitian yang mengaitkan defisiensi vitamin ini dengan peningkatan risiko berbagai penyakit, seperti beberapa jenis kanker, penyakit autoimmune, penyakit yang berkaitan dengan saraf, resistensi insulin hingga penyakit kardiovaskular. Selain itu, menurut Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K) dari RSCM/FKUI, defisiensi vitamin D membuat Moms sulit hamil dan mengalami gangguan haid atau haidnya jarang.
Hanya sedikit makanan yang diketahui mengandung Vitamin D alami. Di antaranya adalah minyak hati ikan, ikan berlemak seperti salmon, tuna, mackerel dan sarden, dan telur. Sementara susu, keju, sereal dan yogurt biasanya diberi tambahan vitamin atau vitamin D fortified. Vitamin pre-natal umumnya mengandung vitamin ini, tetapi maksimal hanya 400 IU dan dianggap tidak cukup.
Seberapa asupan vitamin D yang diperlukan tiap hari masih dalam perdebatan. The Endocrine Society menyebut asupan 600 IU per hari cukup. Tetapi tidak cukup untuk moms hamil dan menyusui, yang butuh paling sedikit 1.500 – 2.000 IU per hari. Penelitian lebih lanjut dari The Linus Pauling Institute merekomendasikan 2.000 IU per hari untuk orang dewasa. Bahkan riset lain menyebut, Moms perlu asupan 4000 IU per hari untuk mencegah kelahiran prematur dan infeksi serta mendukung perkembangan janin .
Vitamin D sebenarnya bersifat seperti hormon dan tersimpan dalam kulit kita. Untuk mengaktifkan vitamin steroid dari kelompok fat-soluble atau dapat diserap bersama lemak ini diperlukan sinar matahari, UV B. Beruntunglah kita yang hidup di negara tropis dengan paparan sinar matahari konsisten sepanjang tahun.
“Sebaiknya luangkan waktu untuk terpapar sinar matahari setiap hari, tak perlu lama. Paparan terbaik dan paling efektif adalah sekitar pukul 11 dan 12 siang. Sekali berjemur sudah bisa mendapat 3000 IU. Moms bisa juga mengonsumsi suplemen, tapi jumlahnya harus banyak,” ujar Dr. Andon.
Sayangnya, banyak di antara kita yang kurang terpapar sinar matahari karena takut hitam, gaya busana tertentu atau sebab lain, seperti risiko kanker kulit dan melanoma. Dr. Frank Lipman, lewat situs www.bewell.com, menyarankan untuk berjemur secara rutin selama 5 sampai 30 menit, tergantung warna kulit kita. Semakin gelap warna kulit, semakin lama waktu yang diperlukan karena melanin dalam kulit menghalangi masuknya radiasi UV B. Hindari berjemur hingga kulit terbakar atau terpapar sinar matahari lewat kaca jendela karena hanya sinar UV A yang mampu menembus kaca.