Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Mengatur Kehamilan Dengan Alat Kontrasepsi Hormonal

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Ada banyak cara untuk mengatur kehamilan agar jaraknya tidak terlalu dekat atau datang saat Moms & Dads belum siap. Salah satunya adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Alat kontrasepsi hormonal bisa berupa KB suntik, pil maupun implan.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, di negara kita KB suntik paling banyak digunakan, setelah itu pil.  Alat kontrasepsi hormonal memang paling banyak digunakan di dunia karena dinilai sangat efektif. Kegagalan penggunaannya sangat kecil, kurang dari 1% per tahun. Metoda implan paling efektif dengan angka kegagalan 0,05% per tahun. Tetapi KB Suntik lebih disukai karena lebih nyaman dan bisa bertahan selama 12-13 minggu. Sementara pil KB perlu dikonsumsi teratur setiap hari sehingga kemungkinan terjadi kehamilan tak direncanakan tetap besar begitu Moms lupa minum.

Ada dua tipe utama alat kontrasepsi ini berdasarkan kandungannya, yaitu yang mengandung hormon estrogen dan progestin atau kombinasi, serta yang hanya mengandung hormon progestin atau PDP. Progestin adalah hormon progesterone sintetis.  Keduanya bisa Moms pilih disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan Moms.

“Untuk Moms menyusui, PDP lebih aman karena progestin tidak menurunkan produksi ASI seperti tipe kombinasi,” ujar Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K), saat peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta Pusat, 25 September 2018.

Progestin bersifat mengentalkan lendir serviks sehingga menghalangi sel sperma masuk ke rahim. Selain itu, progestin mengurangi frekuensi ovulasi atau proses produksi dan pelepasan sel telur. Tetapi progestin membuat siklus haid Moms tidak teratur dan pendarahan mendadak. Sementara pada tipe kombinasi, ovulasi dihambat dan siklus haid lebih teratur. Tipe kombinasi juga sering digunakan untuk mengatasi masalah haid.

Moms mungkin pernah mendengar beberapa efek samping penggunaan alat kontrasepsi hormonal, seperti berat badan lebih mudah naik, kulit bermasalah dan risiko kanker bertambah. Dr. Andon menjelaskan, Moms tidak perlu kuatir karena efek samping seperti itu tidak akan terjadi dengan dosis yang digunakan sekarang, terutama pada pil KB.

“Dulu dosis estrogennya jauh lebih tinggi sehingga mungkin banyak efek samping. Tetapi sekarang pil KB menggunakan dosis hormon yang rendah, yang penting cukup untuk mengentalkan lendir serviks,” ujarnya.

Dr. Andon juga menjelaskan, penggunaan alat kontrasepsi bisa mengurangi risiko kanker ovarium dan rahim pada Moms. Selain itu, dapat mengurangi risiko infeksi radang panggul. “Misalkan Moms yang memakai KB suntik. Lendir serviks yang lebih kental bisa mencegah infeksi dan rajin papsmear dapat mendeteksi dini kanker serviks. Tapi memang alat kontrasepsi hormonal tidak cocok untuk penyintas kanker dan KB suntik cukup dua tahun karena ada efek samping pengeroposan tulang,“ tuturnya.

Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K) (kanan) saat peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia bersama PT Bayer Indonesia dan IBI

Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K) (kanan) saat peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia bersama PT Bayer Indonesia dan IBI

 

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *