Cari Tahu Tiga Besar Penyebab Kematian dan Disabilitas
Moms & Dads, sebuah studi baru saja merilis 10 besar penyebab kematian dan disabilitas di Indonesia hingga tahun 2016. Studi yang dilakukan The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dari University of Washington bersama tim peneliti multisektoral Indonesia ini diterbitkan di jurnal medical The Lancet, 29 Juni 2018, dan menjadi bagian studi Global Burden of Disease atau Beban Penyakit Global.
Studi yang meliputi kurun waktu 1990 hingga 2016 ini mengkaji penyebab kematian dan disabilitas dari 333 penyakit di Indonesia dan tujuh negara pembanding: Turki, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, India dan Brazil. Dari hasil studi, diketahui negara kita memiliki beban ganda dari penyakit menular yang masih berjangkit dan penyakit tidak menular yang terus meningkat.
“Kita harus tetap giat melakukan berbagai upaya untuk menurunkan infeksi penyakit menular, seperti TB, diare, dan berbagai gangguan kesehatan ibu dan bayi. Pada saat bersamaan, kita juga perlu meningkatkan upaya pencegahan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes dan kanker, yang pengobatannya membutuhkan biaya besar,” papar Dr. Nafsiah Mboi, mantan Menteri Kesehatan RI (2012-2014), yang juga ketua tim studi di Indonesia, di Hotel Harris Suites FX Sudirman, Senayan, Jakarta, 29 Juni 2018.
Tim peneliti Indonesia, yang terdiri atas Badan Litbang Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, Biro Pusat Statistik, Eijkman Oxford Institute, Universitas Indonesia dan BPJS Kesehatan menemukan usia harapan hidup kita pada 2016 mencapai 71,7 tahun, meningkat sekitar 8 tahun dari usia harapan hidup pada 1990. Sebagian besar disebabkan keberhasilan menanggulangi penyakit menular, penyakit terkait kehamilan, neonatal, dan penyakit-penyakit terkait gizi. Tetapi peningkatan ini masih di luar harapan. Penyakit menular juga masih menjadi masalah besar, seperti penyakit TBC yang masih ada di peringkat 4 penyebab kematian dan disabilitas.
Lengkapnya, berikut sepuluh besar penyebab kematian dan disabilitas di Indonesia hingga 2016:
- Penyakit jantung iskemik
- Stroke
- Diabetes
- Tuberkulosa (TBC)
- Sakit punggung bawah dan nyeri leher
- Komplikasi akibat kelahiran premature
- Masalah yang berhubungan dengan panca indera
- Cedera dan kecelakaan lalu lintas
- Penyakit kulit
- Penyakit yang berhubungan dengan diare.
Tiga peringkat teratas diduduki oleh penyakit tidak menular yang lebih terkait dengan gaya hidup. Dalam kurun waktu 11 tahun (2005-2016), kematian akibat penyakit jantung meningkat sekitar 7% dan stroke 11,5%. Diabetes mengalami kenaikan drastis, Moms & Dads, yaitu 21,6%.
Empat faktor risiko tertinggi adalah pola makan yang tidak sehat, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi dan kebiasaan merokok. Faktor risiko lainnya, yang mempengaruhi 10 besar masalah kesehatan adalah gangguan gizi pada ibu hamil dan anak-anak, kegemukan, risiko terkait pekerjaan, polusi udara, kolesterol total tinggi dan gangguan ginjal.
Sakit punggung bawah dan nyeri leher, berdasarkan hasil studi, berada di peringkat teratas penyebab disabilitas di Indonesia dalam kurun waktu 2005-2016, dengan angka peningkatan 24,8%. Peringkat keduanya adalah masalah panca indera dengan peningkatan 22,1%. Dr. Nafsiah Mboi menekankan, angkanya akan terus meningkat bila kita tidak mengubah gaya hidup terkait dengan penggunaan gadget.
“Akan semakin banyak dan semakin muda penderita nyeri leher dan low back pain karena sejak anak-anak sudah tergantung gadget,” ujarnya. Penggunaan gadget berlebihan juga mempengaruhi kesehatan panca indera.
Setelah menerbitkan jurnal hasil studi berjudul On the Road to Universal Health Care in Indonesia, 1990-2016: A Systemic Analysis for the Global Burden of Disease Study 2016, tim peneliti kini tengah melakukan studi Burden of Disease tingkat daerah (provinsi), di seluruh Indonesia. “Kami meriset data dari 34 provinsi hingga September 2018,” ujar peneliti senior Soewarta Kosen, M.D., M.P.H., Dr.P.H.