Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Tingkatkan Literasi Kesehatan Ginjal Untuk Memelihara Ginjal Yang Sehat

Foto ilustrasi dari freepik.com
Foto ilustrasi dari freepik.com

Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day atau WKD) kembali diperingati yang jatuh pada tanggal 10 Maret 2022. Pada tahun ini, WKD mengangkat tema ‘Kidney Health for All: Bridge the Knowledge gap to Better Kidney care” yang secara spesifik mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja sama dalam menjembatani kesenjangan pengetahuan untuk kesehatan ginjal yang lebih baik. Pada tahun ini kampanye lebih menekankan pada upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan tentang kesehatan ginjal melalui peningkatan literasi kesehatan ginjal.

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tercatat sebagai penyebab 4,6% kematian global pada tahun 2017 dan merupakan peringkat ke-12 sebagai penyebab kematian. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK adalah 0,38% Data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun 2020 menunjukkan insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) 61.786, dan prevalensi kumulatif 130.931.

Penyebab utama gagal ginjal adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kencing manis (diabetes). Penyakit ginjal pada awalnya tidak bergejala, akibatnya banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mempunyai gangguan ginjal. Masih banyak yang belum memahami bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun. Diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan dan organisasi kesehatan, industri kesehatan, pasien/keluarga serta masyarakat, secara bersama sama untuk meningkatkan pengetahuan dan literasi kesehatan ginjal.

Imran Agus Nurali, Sp.KO, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI, yang mewakili Menteri Kesehatan RI mengatakan “Tantangan kesehatan di Indonesia salah satunya adalah terkait dengan Penyakit Tidak Menular (PTM). Angka PTM sejak tahun 2010 mulai meningkat. Pola makan, pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak diikuti gaya hidup sedentary lifestyle, memilih makanan junk food/siap saji, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit Hipertensi, Diabetes Militus, Obesitas, Kanker, Jantung, dan hiperkolesterol dikalangan Masyarakat Indonesia. Upaya kami adalah dengan harus terus menekan angka kejadian PTM supaya rendah dalam rangka mendorong pencapaian target pembangunan kesehatan termasuk target SDGs 2030,”

Masih banyak pasien yang mengalami PGK belum mengetahui secara benar tentang penyakitnya. Pada awalnya pasien PGK tidak mengalami gejala hingga akhirnya merasakan keluhan lebih lanjut. Kemungkinan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan ginjal. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya kesenjangan pengetahuan di tengah masyarakat.

“Pada saat ini literasi kesehatan masyarakat umum kita bahkan dikalangan pasien PGK sendiri masih tergolong rendah. Masih ada masyarakat yang belum mengetahui apa itu organ ginjal dan fungsinya. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa 90% penyandang PGK tidak menyadari tentang penyakit yang diderita. Hal ini menunjukkan minimnya informasi kesehatan dikalangan masyarakat. Secara umum masyarakat perlu diinformasikan mengenai faktor risiko PGK, langkah pencegahan, deteksi dini, nilai laboratorium yang perlu dipantau dan apa maknanya, dampak jangka panjang apa saja yang akan dialami, serta strategi pengobatan apa yang akan dijalani. Informasi-informasi ini bersifat sangat spesifik untuk setiap pasien yang hendaknya dipahami oleh pasien dan keluarga” tambahnya.

Selain itu, maraknya misinformasi dikalangan masyarakat salah satunya masih ada yang berpendapat tidak usah minum obat hipertensi atau obat diabetes karena obat kimia dapat merusak ginjal. Sebenarnya, yang merusak ginjal bukan obatnya tetapi penyakit hipertensi dan diabetes itu sendiri. Perlunya tenaga kesehatan memiliki peranan yang penting dalam mengedukasi pasien. Edukasi harus bersifat sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan individual pasien. Edukasi hendaknya dapat terlaksana dengan baik pada semua tingkat layanan kesehatan. Di samping itu pasien dan keluarga mesti diberdayakan dan di dorong untuk secara pro-aktif memperkaya pengetahuannya dan literasi kesehatannya sendiri melalui sumber yang dapat dipercaya sehingga dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatannya dan keluarganya.

Melihat hal tersebut, PERNEFRI selaku organisasi perhimpunan dokter yang berkecimpung dalam layanan ginjal hipertensi, menyelenggarakan rangkaian acara WKD 2022 sebagai bentuk komitmen dan upaya meningkatkan literasi kesehatan masyarakat dan pasien mengenai PGK dan upaya pencegahannya. Besar harapan melalui kegiatan WKD 2022, upaya peningkatan literasi kesehatan dapat berlangsung secara berkelanjutan dan berimplikasi pada pencegahan PGK yang efektif dan peningkatan kualitas hidup pasien PGK.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *