Telementoring ECHO guna Tingkatkan Pelayanan Kanker Di Indonesia
|Salah satu tantangan utama pelayanan kanker di Indonesia saat ini adalah ketimpangan jumlah dan penyebaran fasilitas pelayanan kanker serta terbatasnya jumlah tenaga medis ahli khusus kanker. Hingga saat ini, Indonesia hanya memiliki 13 rumah sakit rujukan nasional untuk kanker, di mana lima diantaranya terdapat di Jawa, tiga di Sumatera, dua di Kalimantan, dua di Sulawesi, dan satu di Bali. Sementara itu, jumlah dokter spesialis penyakit dalam hematologi onkologi medik (Sp.PD-KHOM) di Indonesia hanya mencapai 188 orang, atau sebesar 0,07 dari 100 ribu penduduk.
Upaya dari Kementerian Kesehatan RI bersama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais dan Roche Indonesia terhadap masalah tersebut yaitu dengan menginisiasikan pelatihan pertama telementoring ECHO (Extension for Community Health Outcomes). Model telementoring ini adalah bagian dari Project ECHO yang merupakan sebuah program kemitraan strategis dengan tujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas penatalaksanaan kanker di Indonesia serta mendukung akselerasi pengembangan jejaring kanker nasional.
Siti Khalimah, Sp.KJ., MARS, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI mengatakan, “Untuk itu, kami sangat mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan antara RS Kanker Dharmais dan Roche untuk mewujudkan Project ECHO di Indonesia. Dengan teknologi dan metode telementoring ini, kami berharap dapat menjangkau semakin banyak tenaga medis di Indonesia untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien kanker, serta mendukung tercapainya Rencana Aksi Nasional Pengobatan Kanker.” ujarnya.
Program telementoring ECHO dibentuk dengan menggunakan pendekatan berbagi pengetahuan melalui teknologi antara ahli di rumah sakit pengampu (hub) dan klinisi di daerah yang diampu (spoke). Prinsip pembelajaran model ECHO adalah dengan menggunakan teknologi untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya (Amplification), berbagi Best practices untuk mengurangi kesenjangan, mempelajari Case-based learning dan memonitor hasil pembelajar dengan web-based Database.
Pada praktiknya, tim ahli akan melakukan pendampingan klinis secara virtual untuk memberikan pelatihan bagi penyedia layanan kesehatan agar dapat memberikan penanganan terbaik bagi para pasien kanker di wilayahnya masing-masing. Project ECHO sejalan dengan rencana jangka panjang Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk membuat jejaring layanan kanker secara nasional agar sistem pelayanan terpadu untuk kanker dapat semakin merata di seluruh Indonesia. Strategi ini meliputi pembagian layanan kanker menjadi empat strata, yang dibagi berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, kelengkapan dan jenis alat yang tersedia, serta jumlah dan tingkat keahlian tenaga medis.
“Hadirnya Project ECHO ini diharapkan dapat menjangkau semakin banyak pasien kanker di Indonesia, khususnya di wilayah terpencil, dalam mendapatkan pelayanan dan perawatan kanker. Melalui Project ECHO, pasien di berbagai wilayah dapat memperoleh pelayanan langsung tanpa harus datang ke rumah sakit rujukan. Dengan penanganan yang lebih cepat dan lebih baik, diharapkan dapat menurunkan staging kanker serta memperbaiki kualitas dan hasil penatalaksanaan pasien untuk jangka panjang,” ujar dr. Soeko Nindito.
Pada tahap awal program telementoring ECHO, sebagai Pusat Kanker Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais bertindak sebagai hub lead (koordinator jaringan) dengan 11 rumah sakit menjadi spoke seperti Rumah Sakit Sanglah di Bali, Rumah Sakit Kandou di Manado, Rumah Sakit Hasan Sadikin di Bandung dan Rumah Sakit Abdoel Wahab Sjahranie di Kalimantan Timur. Pada tahun 2022, 11 rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi hub dan akan mengampu 99 rumah sakit (spoke) nantinya. Dengan metode ini, Project ECHO dapat dengan cepat mengurangi kesenjangan pengetahuan dan pelayanan penatalaksanaan kanker di Indonesia.