Sering Mengecek Medsos Berpengaruh Pada Fungsi Otak
|Mom & Dad, si kecil sudah aktif di medsos alias media sosial? Hati-hati karena riset terbaru menunjukkan adanya perubahan fungsi otak pada anak-anak dan remaja yang terlalu sering mengecek akun media sosial. Efek yang paling jelas terlihat adalah mereka menjadi hipersensitif terhadap respon netizen.
Para periset mengatakan, hasil penelitian mereka harus dijadikan pertimbangan saat menentukan keuntungan dan kerugian dalam penggunaan medsos untuk usia pra remaja dan remaja. Sebelumnya, para 2021, periset juga menemukan hubungan antara penggunaan telefon pintar yang berlebihan dengan berbagai masalah kesehatan pada remaja dan usia dewasa muda. Masalah-masalah itu termasuk kesehatan jiwa, kemampuan kognitif, pengendalian emosi, perubahan otak dan kesehatan fisik.
Kini, tim periset dari University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat mengungkap bahwa kebiasaan sering mengecek medsos mempengaruhi perkembangan fungsi otak pada usia muda. Riset mereka tercantum dalam JAMA Pediatrics, kumpulan jurnal tentang penyakit pada anak-anak di Amerika Serikat.
Riset tersebut melibatkan 169 murid kelas 6 dan 7 dari sebuah sekolah umum di North Carolina. Di awal riset, mereka diminta menyebutkan seberapa sering mereka mengecek akun medsos sendiri. Tiga akun medsos yang mereka gunakan adalah Facebook, Instagram dan Snapchat. Jawabannya bervariasi dari satu kali sehari sampai lebih dari 20 kali sehari.
Selama tiga tahun berturut-turut para ilmuwan mengambil gambar otak semua partisipan dengan fMRI selama mereka mengerjakan Social Incentive Task. Tugas ini dibutuhkan untuk mengukur aktivitas otak ketika mereka mengantisipasi respon di medsos.
Pelajar yang memiliki kebiasaan sering mengecek akun medsos, 15 kali sehari atau lebih, memperlihatkan sensitivitas neural atau sel saraf otak yang lebih rendah pada antisipasi sosial di beberapa bagian otak dibanding dengan pelajar yang jarang mengecek medsos. Hasil pindaian otak juga memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas di beberapa area otak selama antisipasi sosial di medsos.
Penulis riset mengatakan, kebiasaan sering mengecek medsos bisa jadi berkaitan dengan pergeseran sensitivitas otak terhadap penghargaan dan hukuman sosial. Membuat mereka lebih sensitif terhadap respon teman sebaya atau netizen. Hal ini juga berpengaruh pada penyesuaian secara psikologi.
“Riset kami menunjukkan bahwa kebiasaan sering mengecek medsos memiliki konsekuensi penting dan jangka panjang pada perkembangan neural remaja. Ini hal yang kritis untuk dipertimbangan saat orangtua dan para pembuat kebijakan berusaha memahami keuntungan dan potensi kerugian dari penggunaan teknologi oleh remaja,” tutur Mitchell Prinstein Ph.D, yang juga menyebut sebagian besar generasi muda mulai aktif menggunakan teknologi dan media sosial di periode perkembangan sel otak yang paling penting.
Platform media sosial memberikan respon sosial yang konstan setiap waktu sekaligus sulit diprediksi isinya. Respon-respon itu bisa berupa simbol ‘like’, komentar, notifikasi dan pesan-pesan. Selain efek yang perlu diwaspadai, Maria Maza, mahasiswa doktoral di bidang psikologi sekaligus salah seorang penulis utama riset, mengungkapkan efek positif kebiasaan tersebut.
“Kebiasaan ini juga dapat merefleksikan kemungkinan sikap adaptif yang membuat remaja sekarang lebih bisa mengarahkan dalam kemajuan dunia digital,” ujarnya.
Riset-riset lain sebelumnya telah menunjukkan penggunaan telefon pintar yang berlebihan berkaitan dengan masalah pelemahan fungsi kognitif dan kesehatan mental. Penggunaan smartphone tak hanya terbatas pada media sosial, tapi juga bermain game dan menonton video. Ini menjadi tantangan bagi kita semua, Mom & Dad, bukan hanya para dokter dan pendidik di dunia modern, agar si kecil tidak kecanduan menggunakan smartphone dan medsos hingga terpapar efek negatifnya.