Perokok Rentan Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring mungkin jarang disebut, tapi ternyata penderita jenis kanker ini di negara kita jumlahnya berada di urutan ke-4 setelah kanker serviks, kanker payudara dan kanker paru. Nasofaring sendiri adalah area di atas tenggorokan dan di belakang hidung. Penderita kanker nasofaring umumnya ditandai dengan benjolan di sekitar leher atau hidung.
Karsinoma nasofaring atau KNF memang lebih mudah menjangkiti orang Asia atau ras Mongolid seperti kita. Menurut Dr. dr. Cita Herawati, SpTHT-KL, KNF seratus persen disebabkan oleh infeksi virus, salah satunya virus Epstein-Barr. Pada ras Mongolid, terdapat gen HLA atau human leukocyte antigen yang disukai virus Epstein-Barr sebagai tempat berkembang.
“Virus Epstein-Barr hidup di daerah mulut dan nasofaring. Tapi dia lebih suka berkembang di nasofaring yang tersembunyi. Mukosa nasofaring juga memiliki area transisi yang rentan dan membuat virus mudah bergerak di sana,” tuturnya usai seminar Pengobatan Paripurna pada Kanker Nasofaring, di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, 25 Mei.
Dr. Cita menjelaskan, paparan polutan yang terus-menerus, seperti asap rokok, knalpot kendaraan, asap obat nyamuk hingga pembakaran sampah dan asap dapur bisa memicu perkembangan virus Epstein-Barr dan KNF. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada dads usia produktif dengan perbandingan 2:1 lebih banyak dari moms. “Rata-rata pasien KNF adalah bapak perokok. Di Sumatra Barat juga banyak ibu yang terkena KNF karena sering memasak menggunakan kayu bakar.”
Penanganan kanker, termasuk KNF menjadi fokus utama Sahid Sahirman Memorial Hospital atau SSMH, yang telah membuka unit khusus hemato-onko sejak April 2015. CEO PT SSMH, drg. Yusrahma Nurina, MARS, mengungkap, prevalensi penyakit kanker yang tergolong tinggi di Indonesia membuat kebutuhan akan pelayanan prima untuk pasien kanker semakin tinggi.
“Kami berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk pasien kanker dan bermitra dengan para ahli serta rumah sakit lain, yang sudah lebih dulu menangani pasien kanker,” ujar drg. Yusrahma Nurina.
Sebagai penyakit sistemik, kanker memerlukan penanganan multidisiplin. Untuk KNF misalnya, dr. Asrul Harsal, SpPD-KHOM menuturkan penanganannya melibatkan dokter spesialis THT dan Kepala Leher, Patologi Anatomi, Radiodiagnostik, Radioterapi, Hematologi Onkologi Medik, Fisioterapi, dan perawatan Paliatif. Sementara Prof. Dr. dr. A. Haryanto Reksodiputro, SpPD-KHOM menekankan, penanganan pasien perlu memperhatikan faktor cost effective, artinya biaya yang dikeluarkan harus sesuai dengan manfaat yang diterima pasien.
Related Posts
-
Berlari Untuk Berbagi (BUB) untuk Tokyo Marathon 2014
No Comments | Feb 12, 2014
-
Water Heater Sehat, Aman, dan Hemat Dengan ComfortFlow™, Aura Premium dan AquaPro
No Comments | Sep 3, 2020
-
HALUSTIK, Antara Realitas Hidup dan Halusinasi
No Comments | Sep 13, 2018
-
Lebih Dekat Dengan Konsumen Lewat Website
No Comments | Jul 26, 2016