Penanganan GERD Yang Tidak Tuntas Dapat Menimbulkan Komplikasi
|Kebanyakan asam lambung dapat menimbulkan penyakit Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD). GERD adalah penyakit saluran cerna dengan gejala dan komplikasi yang mengganggu, yang diakibatkan oleh refluks atau naiknya isi lambung ke kerongkongan. GERD ditandai dengan sensasi nyeri dan juga rasa terbakar (heartburn) pada dada dan mulut terasa pahit. Meskipun Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD) tidak mengancam jiwa secara langsung, penyakit ini dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang harus diwaspadai seperti komplikasi peradangan pada saluran kerongkongan atau esofagus serta kanker esofagus.
Secara global, prevalensi GERD adalah 8-33% (semua umur, semua jenis kelamin). Prevalensi GERD di masing-masing negara berbeda-beda, contohnya lebih dari 25% di Asia Selatan dan Eropa Selatan, 18-27% di Amerika Utara, dan <10% di Asia Timur, Asia Tenggara, Kanada, dan Prancis. Sebuah penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi GERD pada penduduk perkotaan adalah 9,35%. Namun sebuah survei online dengan 2.045 responden, menunjukkan bahwa 57,6% dari mereka menderita GERD yang diketahui dengan mengisi GERD-Quesionnaire (GERD-Q).
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, Dokter Spesialis Gastroenterologi FKUIRSCM menjelaskan, “GERD merupakan penyakit yang tidak mengancam jiwa, namun apabila terjadi terus menerus, diabaikan, dan tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding dalam kerongkongan (esofagus), lama kelamaan akan menyebabkan luka kronis, penyempitan pada kerongkongan bawah, sampai terjadi kanker esofagus.”
Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya GERD adalah obesitas, hernia hiatal, kehamilan, pengosongan lambung yang terlambat dan skleroderma. Kambuhnya penyakit GERD dipicu dari kegiatan merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus, makan di waktu yang terlalu larut, mengonsumsi makanan berlemak, digoreng, kafein, serta konsumsi obat-obat tertentu seperti aspirin.
“Penatalaksanaan yang paling penting dari GERD,” jelasnya, “Yaitu dengan mencegah terjadinya kekambuhan. Perlu adanya edukasi kepada penderita agar memahami betul faktor risiko dan pemicu dari terjadinya GERD, untuk sebisa mungkin dihindari. Pada umumnya, penderita GERD juga akan direkomendasikan untuk melakukan perbaikan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan, seperti memiliki berat badan ideal, berhenti merokok, tidak berbaring segera setelah makan, makan dengan perlahan, serta tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat pada area pinggang.”
Ia memaparkan, ”bahwa GERD dapat disembuhkan, setelah sembuh yang penting bagaimana pasien tersebut dapat melakukan perubahan gaya hidup, menghindari faktor risiko dan pencetus terjadinya kekambuhan GERD-nya.”
”Saat ini terdapat inovasi baru yang digunakan untuk pengobatan GERD dan H. Pylori, yaitu Vonoprazan. Vonoprazan merupakan obat penekan asam lambung baru, yang pertama tersedia di Indonesia, dari kelas yang berbeda dengan obat-obat sebelumnya, yaitu kelas Potassium-Competitive Acid Bloker (PCAB). Vonoprazan dapat meningkatkan Ph lambung secara cepat, pereda nyeri ulu hati yang cepat, menyembuhkan esofagitis erosif yang parah secara cepat dan lebih baik daripada PPI, dan mampu mengontrol dengan baik sekresi asam pada malam hari. Obat ini sudah digunakan sebagai first line terapi dalam eradikasi infeksi H. pylori di Jepang, dan dipercaya dapat menggantikan peran Proton Pump Inhibitor (PPl) dengan tingkat eradikasi yang lebih baik. Vonoprazan memiliki tingkat eradikasi lebih tinggi, durasi aksi yang lebih lama, lebih stabil dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan PPI. Vonoprazan dapat diindikasikan bagi penderita tukak lambung, refluks esophagitis, untuk pemberantasan H.pylori dan pencegahan tukak lambung berulang pada penggunaan aspirin dosis rendah dan penggunaan NSAID,” tambahnya.