Pahami Gejala Sindroma Koroner Akut
Istilah medis Sindroma Koroner Akut atau SKA biasanya kita kenal dengan sebutan serangan jantung, Moms & Dads. Gejalanya ternyata bukan hanya nyeri di dada sebelah kiri. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia atau PERKI, gejala lengkapnya adalah:
- Rasa sakit, nyeri di tengah dada yang menjalar ke lengan kiri, bahu, dan pungung lalu ke lengan kanan. Leher atau rahang bawah terasa tercekik.
- Sesak nafas
- Mual, muntah atau keringat dingin
- Pusing atau pingsan
Banyak yang mengira gejala awal tersebut bukan tanda SKA. Mual, muntah, keringat dingin dan pusing misalnya, sering dikira gejala masuk angin biasa. Itu sebabnya sering terjadi keterlambatan penanganan. Buntutnya, Sindroma Koroner Akut menjadi masalah kardiovaskular utama karena menyebabkan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian.
Data Riskesdas 2018 menyebut, penyakit jantung koroner, termasuk SKA, merupakan penyebab kematian tertinggi setelah stroke dan hipertensi. Kasusnya termasuk dalam sepuluh besar penyakit tidak menular terbanyak pada 2018 dengan total 3.910 kasus.
“Rendahnya pemahaman pasien akan gejala awal serangan jantung membuat pasien SKA memerlukan waktu lebih dari 4,5 jam untuk mencapai fasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan reperfusi. Semakin lama keterlambatan, semakin tinggi angka mortalitas,” papar dr. Dafsah A. Juzar, SpJP(K) yang mengacu pada data laporan program ISTEMI (Indonesia ST Elevated Myocardial Infarction) PERKI di wilayah Jakarta Barat dan sekitarnya.
Dokter spesialis jantung di RS Jantung Harapan Kita tersebut menambahkan, belum semua rumah sakit mampu melakukan reperfusi atau pembukaan aliran darah yang tersumbat, baik dengan obat maupun pemasangan ring . Padahal semakin cepat pembuluh darah di-reperfusi semakin banyak otot jantung yang terselamatkan sehingga PERKI membuat istilah Time is Heart Muscle.
Berbagai upaya dilakukan untuk membuat pasien SKA lebih cepat ditangani. Moms & Dads tentu tahu nomor telepon 119 untuk layanan kegawatdaruratan. Kini, PT AstraZeneca Indonesia (AZI), mitra Kementerian Kesehatan RI, bekerjasama dengan Center of Health Economics and Policy Science (CHEPS) Universitas Indonesia membuat program HEBAT alias HEartBeATs Indonesia untuk mengevaluasi kondisi riil penanganan SKA pada tahap pre-hospital.
“Dari studi formatif ini diharapkan ada solusi untuk memperpendek masa pre-hospital pasien SKA berupa sistem layanan kegawatdaruratan terpadu, yang dapat diterapkan secara nasional,” ujar Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, PhD, Ketua CHEPS UI, saat pemaparan program HEBAT di JS Luwansa Hotel, Jakarta, 18 Februari.
“HEBAT diharapkan dapat berkontribusi terhadap optimalisasi sistem kesehatan pasien SKA pre-hospital di Indonesia,” tambah Rizman Abudaeri, Direktur PT AstraZeneca Indonesia.
Aplikasi digital untuk sistem layanan kegawatdaruratan terpadu yang dimiliki RS Dr. Iskak, Kabupaten Tulung Agung, dijadikan salah satu acuan studi. Aplikasi bernama LASKAR tersebut sudah mendapat penghargaan inovasi layanan publik 2018 untuk program Layanan Sindroma Koronaria Terintegrasi.