MSD bersama Kementerian Kesehatan Dorong Penguatan Kesadaran Masyarakat untuk Cegah Kanker Serviks di Indonesia
Di momen Hari Kesehatan Nasional, MSD Indonesia (nama dagang Merck & Co., Inc., Rahway, N.J., USA) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali menggelar kegiatan edukasi bagi rekan jurnalis terkait urgensi peningkatan pemahaman seputar imunisasi HPV sebagai upaya pencegahan penyebaran kanker serviks di Indonesia.
Mengusung tema ‘Perluas Cakupan, Perkuat Kesadaran: Bersama Capai Generasi Bebas Kanker Serviks’, kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dan Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou. Turut hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM; Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, dr. Keven Tali, Sp. OG; Dokter Spesialis Anak, dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A; serta Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Mellisa Handoko Wiyono.
Kanker serviks atau kanker leher rahim masih menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi dan beban pembiayaan kesehatan terbesar di Indonesia. Kanker serviks menduduki urutan kedua kanker paling berisiko bagi wanita dengan kasus kanker terbanyak setelah kanker payudara – yaitu sekitar 36.633 kasus baru atau 9,2% dari total kasus kanker di Indonesia pada 2021.
“Keberhasilan program eliminasi kanker serviks memerlukan dukungan dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk jurnalis dan media. Apresiasi kepada PT Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia, yang menyelenggarakan kegiatan ini. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman jurnalis tentang pencegahan kanker serviks, yang selanjutnya akan membantu menyebarkan kesadaran ini kepada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan target cakupan imunisasi HPV bagi 2,9 juta anak usia sekolah dasar kelas 5 dan 6, serta target deteksi dini dapat tercapai,” ungkap Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Sejalan dengan upaya Kemenkes, komitmen untuk membantu mengeliminasi penyebaran kanker serviks di Indonesia juga ditunjukkan oleh MSD Indonesia. “MSD berkerjasama dengan Kemenkes melakukan edukasi berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang infeksi HPV agar dapat mendorong masyarakat untuk makin proaktif dalam menjaga kesehatannya, utamanya untuk mencegah kanker serviks. MSD juga mendukung tenaga Kesehatan untuk semakin aktif memberikan edukasi mengenai imunisasi HPV. Kami percaya setiap orang berhak mendapatkan akses informasi yang kredibel, serta akses mendapatkan imunisasi HPV sebagai langkah pencegahan penyebaran kanker serviks,” kata Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.
Meski berisiko mematikan, kanker serviks nyatanya dapat dicegah. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM, “Tingkat kematian jika seseorang sudah dinyatakan kanker serviks cukup tinggi, karena umumnya penderita datang sudah terlambat. Data tahun 2020 menunjukkan ada 33.633 kasus baru dengan kematian sebanyak 21.003 orang. Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang paling murah. Karena jika sudah terinfeksi kanker serviks sudah pasti mahal biayanya. Untuk itu, Kemenkes terus melakukan perluasan imunisasi HPV secara nasional. Saat ini, imunisasi HPV tahun 2023 melalui program BIAS baru mencapai 65,5%. Untuk mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks diperlukan capaian imunisasi HPV minimal 90%. Inilah mengapa, kesadaran bagi orang tua untuk memanfaatkan program imunisasi HPV nasional perlu terus diperkuat, guna melindungi anak-anak dari resiko kanker serviks di masa depan”.
Tak hanya pada anak, imunisasi HPV nyatanya juga penting dilakukan oleh perempuan usia remaja dan dewasa. Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, dr. Keven Tali, Sp. OG menyatakan, “Pemberian imunisasi HPV disarankan diberikan pada perempuan yang belum menikah atau belum aktif secara seksual agar perlindungannya bekerja lebih baik. Meski demikian, bagi perempuan menikah yang belum terpapar HPV, imunisasi ini juga penting dilakukan, meski dengan dosis yang berbeda. Bagi wanita usia subur (WUS) usia 30 – 50, World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan untuk melakukan skrining kanker serviks secara rutin, untuk mendeteksi infeksi HPV sebagai penyebab utama kanker serviks.”
Sayangnya, masih ada keengganan di tengah masyarakat untuk melakukan skrining dan mendapatkan imunisasi HPV. Pada tahun 2023, cakupan skrining kanker serviks di Indonesia hanya mencapai 7,02% dari target 70%. Masih banyaknya informasi tidak tepat seputar kanker serviks dan imunisasi HPV turut andil dalam kondisi ini. “Mitos bahwa kanker serviks adalah penyakit orang yang sudah berkeluarga, sehingga anak-anak tidak perlu diberi imunisasi HPV, atau bahwa imunisasi kanker serviks bisa menyebabkan kemandulan, menjadi beberapa informasi kurang tepat yang beredar di masyarakat. Karenanya, penting bagi orang tua untuk memahami dengan baik manfaat imunisasi HPV guna melindungi anak dari risiko kanker serviks di masa yang akan datang,” ungkap Dokter Spesialis Anak, dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A.
“Memahami situasi ini, MSD bersama Kementerian Kesehatan Indonesia terus berupaya untuk melakukan sosialisasi dan edukasi seputar imunisasi HPV dan kanker serviks di Indonesia. Kami juga mengajak keterlibatan semua pihak untuk bersama-sama memberikan informasi yang tepat seputar isu ini. MSD juga menghadirkan platform informasi dan diskusi seputar HPV yaitu www.ngobrolinHPV.com – yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi yang relevan dan akurat seputar HPV secara gratis. Dengan demikian, diharapkan kesadaran masyarakat untuk dapat mencegah penyebaran kanker serviks dapat kian diperkuat, sehingga bersama-sama kita dapat membangun generasi bebas kanker serviks,” tambah Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Mellisa Handoko Wiyono.