Mood Pasangan Pengaruhi Pasien Kanker
|Tim periset U.S. National Cancer Institute atau NCI baru saja merilis bahwa kesehatan mental dan fisik pasangan penderita kanker sangat mempengaruhi jiwa pasien. Mereka mengadakan penelitian terhadap para survivor kanker dan pasangan masing-masing selama setahun.
“Kesimpulan hasil riset kami, pasangan-pasangan ini perlu memperhatikan kesehatan mereka tidak hanya untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk para survivor kanker,” tutur Kristin Litzelman, ketua Behavioral Research Program NCI dalam rilis yang dikeluarkan American Association for Cancer Research.
Menurut data NCI, di Amerika terdapat sekitar 14,5 juta survivor kanker. Mereka umumnya didampingi pasangan atau keluarga, yang ikut mendukung biaya pengobatan dan menemani saat konsultasi atau perawatan. Riset tim Litzelman melibatkan lebih dari 900 pasien kanker dan pasangannya. Dengan menggunakan model statistik, mereka menilai pengaruh kualitas hidup dan mood pasangan pada pasien kanker setelah 11 bulan, lalu membandingkannya dengan pasangan tanpa pasien atau survivor kanker.
Riset, yang juga diterbitkan jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention pada 1 Juni 2015 ini menemukan, saat pasangannya depresi, pasien kanker akan menunjukkan gejala yang sama empat kali lebih besar. Peluang ini semakin tinggi pada pasien kanker wanita. Sebaliknya, bila pendamping sehat dan bahagia, level stress pasien berkurang 30 % dalam 11 bulan. Uniknya, justru mood pasien tidak memberikan pengaruh berarti pada mood pasangan.
“Dari hasil riset ini, kami menyarankan tim medis juga melakukan pendekatan kepada suami atau istri pasien kanker,” ujar Litzelman, yang berencana mengadakan riset untuk menyertakan pasangan survivor kanker dalam program perawatan pasien. Jadi, untuk mendukung kesembuhan pasien, pasangan dan keluarga juga tetap harus menjaga kesehatan fisik mereka dan menghindari stress.