Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Merawat Tuberculosis di Rumah

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Moms & Dads, TB atau tuberculosis masih jadi penyakit menular yang berbahaya di dunia. Menurut WHO, masih ada 4000 kematian akibat TB per hari di dunia. Walaupun sejak tahun 2000, sudah ada 43 juta orang yang sembuh dari penyakit akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis ini. Di Hari TB Dunia, 24 Maret , tahun ini WHO mengajak kita semua untuk bersatu mengakhiri penularan TB.

Vaksin BCG yang diberikan di usia balita adalah salah satu pencegahan terampuh. Sayangnya, vaksin ini kurang efektif pada orang dewasa. Pengobatan yang memakan waktu lama juga sering membuat pasien kurang sabar. Sering terjadi di bulan kedua atau ketiga, pasien berhenti minum obat karena merasa sehat. Akibatnya bakteri yang belum mati berubah resisten dan lebih sulit ditaklukkan.

Perlu dilakukan ketika ada anggota keluarga dengan TB:

  • Mendampingi dan mengingatkan jadwal pemeriksaan dokter.
  • Memastikan ia mengkonsumsi obat secara teratur dan tuntas.
  • Memperhatikan efek samping yang timbul, terutama gangguan penglihatan.
  • Menjaga asupan nutrisi yang sehat dan cukup.
  • Menyemangatinya agar mau bergerak dan berolahraga.
  • Memastikan ia cukup tidur.

Cukup nutrisi, istirahat dan berolahraga sangat membantu tubuhnya memerangi infeksi bakteri. Biasanya jalan kaki selama sepuluh menit, dua kali sehari sudah cukup. Moms & Dads bisa menambah waktunya bila ia sudah terlihat lebih kuat.

Seringnya, pasien TB mengalami hilang selera makan atau penurunan berat badan drastis. Moms & Dads perlu memastikan ia mengkonsumsi protein dan kalori yang seimbang. Untuk mengatasi masalah selera makan, pilih makanan favorit pasien dengan porsi kecil tapi sering. Teh jahe dan mint disarankan untuk mengatasi mual yang sering terjadi. Begitu juga dengan minuman yang mengandung kalori dan protein tinggi.

Moms & Dads juga perlu bersiap untuk menghadapi masalah psikologis yang dialami penderita TB. Sering terjadi hal seperti ini:

  • Merasa malu karena menderita TB dan tak mau orang lain tahu.
  • Merasa bersalah karena bisa menulari orang lain dan membuat orang-orang di sekitarnya harus selalu memakai masker.
  • Merasa terisolasi dan kesepian karena tidak bisa ke tempat umum hingga ia dinyatakan dokter tidak akan menulari orang lain.
  • Cemas kehilangan pendapatan, pekerjaan, dan harus membayar biaya perawatan, walaupun obat TB tersedia gratis.

Peran keluarga sangat besar untuk menyemangati dan mendampinginya. Yakinkan ia bisa sembuh seperti puluhan juta orang lainnya dan kembali beraktivitas setelah tuntas menjalani pengobatan.

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *