Merangkak Mundur, Normalkah?
|Ketika si kecil belajar merangkak, dia akan menampilkan beragam gaya termasuk merangkak mundur. Ini bukan sesuatu yang tidak wajar Moms, dan tidak membahayakan tumbuh kembangnya.
“Si kecil memilih sendiri posisi dan cara merangkak yang paling efisien sesuai kekuatan dan kemampuan dia,” tutur dokter anak Tanya Remer Altmann, yang juga editor The Wonder Years: Helping Your Baby and Young Child Successfully Negotiate the Major Developmental Milestones.
Merangkak mundur menurutnya, terjadi bila lengan si kecil lebih kuat dari kakinya. Ini tidak masalah bagi si kecil karena yang terpenting untuknya adalah bisa bergerak. Seiring waktu, bila kakinya sudah cukup kuat, si kecil akan mengembangkan kemampuan dengan mencoba merangkak maju.
Moms dapat memancingnya untuk merangkak maju dengan menaruh benda-benda di depannya atau memanggilnya dari depan. Si kecil mungkin butuh waktu dan berjuang keras untuk mencapainya. Moms perlu bersabar karena ia butuh proses untuk menguatkan otot-ototnya.
Si kecil umumnya mulai belajar merangkak di usia 7-9 bulan, saat sudah bisa duduk mantap. Moms dapat membantunya menguatkan otot-otot lengan, punggung, leher, dan dada sedari dini dengan tummy time atau menelungkupkannya saat bermain.
Fase merangkak bisa dilalui si kecil dengan tidak benar-benar merangkak. Ada pula yang bergerak merayap, mirip para tentara saat latihan, atau bahkan mengesot. Tidak sedikit juga yang melewatinya dengan langsung belajar berdiri dan berjalan.
Semua ini masih terbilang normal selama si kecil tidak menunjukkan keterlambatan tumbuh kembang lainnya. Ia bisa duduk tanpa dibantu, memegang benda dengan kedua tangan, mampu menggerakkan tangan dan kaki, berguling ke kedua sisi, plus berdiri dengan berpegangan tangan.
Tapi bila si kecil melewatkan fase merangkak dengan langsung belajar berjalan, beberapa penelitian menyebutkan akan berpengaruh pada kekuatan otot tubuh atas. Kemampuan motorik tangannya juga tidak semaksimal anak yang mengalami fase merangkak.
“Merangkak membantu menguatkan otot tangan, pergelangan, siku dan bahu karena bayi terus aktif menahan berat tubuhnya,” ujar Felice Sklamberg, pediatrik sekaligus terapis dari New York University’s School of Medicine. “Bayi yang tidak pernah merangkak, otot-otot tubuh atasnya tidak sekuat mereka. Di usia lebih besar, biasanya ia akan kesulitan memanjat atau naik dari kolam renang.”
Selain itu, si kecil yang tidak pernah merangkak jari-jarinya kurang terampil dalam menggenggam alat tulis maupun perlatan makan. Merangkak memaksimalkan kerja dan perkembangan persendian jari serta ligament di pergelangan tangan, melatih koordinasi tubuh atas dan bawah serta keseimbangan.
“Itu sebabnya anak yang tidak pernah merangkak biasanya memiliki tulisan tangan yang tidak rapi,” papar Mary Benbow, seorang terapis dan pakar perkembangan tangan anak.