Menghadapi Si Kecil Pembosan
|Di usia 7-12 tahun, si kecil yang suka mencoba banyak hal sekaligus cenderung menjadi pembosan. Pasti Moms & Dads pernah mengalami permintaan mendadak si kecil untuk ikut les ballet misalnya. Baru beberapa bulan latihan, ia sudah terlihat malas. Bahkan mungkin ia akan meminta les yang lain lagi pada Moms.
Apa yang harus Moms & Dads lakukan? Memintanya meneruskan les ballet atau mengikuti kemauannya dengan mendaftarkan si kecil ke les lain? Psikolog pendidikan Dr. Lucia RM Royanto MSi, MSpEd menyarankan agar Moms & Dads tidak selalu mengikuti kemauan si kecil.
“Selalu ada satu titik di mana kemudian motivasi si anak turun. Misalkan ketika si kecil les ballet. Di situ fungsi orangtua untuk bilang, ‘No, you have to stay. Paling tidak Mama lihat lagi enam bulan ke depan.’ Biasanya, motivasi si anak akan naik lagi dan akhirnya bertahan. Memang selalu ada satu titik di mana kita harus menahan, tiga bulan lagi, 6 bulan lagi, atau setahun,” tutur Dr. Lucia.
Moms & Dads juga perlu memiliki dasar yang cukup kuat untuk menahan si kecil. Lihat kemampuan anak selama mengikuti les. Bila setelah sekian lama perkembangannya biasa-biasa saja, mungkin memang ia kurang berbakat di bidang itu. Moms & Dads perlu mengenalkannya pada bidang lain yang lebih sesuai untuknya.
“Tapi bila Moms & Dads melihat ia sebenarnya bisa, hanya kurang tekun, berarti si kecil perlu diberi dorongan motivasi dan semangat. Ini penting untuk mengajarkan etos kerja pada anak. Sedini mungkin harus dipupuk sikap ‘menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai’ dengan cara seperti itu,” ujar Dr. Lucia.
Dalam mengarahkan minat dan mengembangkan bakat si kecil yang pembosan, Moms & Dads perlu menyesuaikan dengan kesukaan dia sehari-hari. Misalkan, arahkan si kecil ke bidang olahraga bila ia suka beraktivitas fisik. Atau masukkan si kecil ke les musik atau olah vokal bila ia suka bernyanyi, bermain dan mendengarkan musik.
Dr. Lucia juga menekankan pentingnya visi keluarga dalam mendidik dan mengarahkan si kecil. Dengan membuat visi yang jelas di awal, Moms & Dads tidak akan sulit menentukan apa yang harus dilakukan untuknya, termasuk saat memilih sekolah dan les.
“Tapi mendidik anak jangan kaku. How to-nya bisa sambil jalan dan lihat perkembangan anak. Si kecil tidak seperti komputer, ia punya emosi, kemampuan sosial, dan kognitif yang harus diseimbangkan supaya dia bisa berkembang sesuai kemampuan,” paparnya.
Ia menambahkan Moms & Dads jangan terfokus pada kemauan pribadi. Hindari mengarahkan si kecil untuk mengikuti jejak Moms & Dads atau kakaknya misalnya. Lebih sehat bila Moms & Dads berusaha memperhatikan kemauan dan kebutuhan anak. Setelah itu, arahkan dengan nilai-nilai keluarga yang ingin ditanamkan pada si kecil, seperti disiplin, mandiri, bertanggung jawab, jujur dan lainnya.