Lisa Daryono Berkreasi Untuk Si Kecil
|
Mom yang juga fashion designer ngetop ini baru saja merayakan ulang tahun pertama putri keduanya, Emilie Solange Jap. Emilie lahir 23 Mei 2014, hampir empat tahun setelah si sulung Giselle Amore Jap, yang lahir 17 November 2010.
Meskipun sibuk dengan lini fashion Benten yang ia dirikan bersama Cecilia Yuda pada 2007, kedua putrinya jadi prioritas utama Lisa. Itu sebabnya ia memilih membuka butik di kediaman ibunya. “Sambil kerja, anak-anak juga bisa dibawa ke sini dan bertemu neneknya. Jadi, walau sibuk bisa tetap enjoy. Apalagi ini memang pekerjaan yang aku suka,” tuturnya saat ditemui di butik Benten Cesa, Pluit Barat Raya, Jakarta.
Giselle dan Emilie bahkan menjadi sumber inspirasi Lisa, yang pada 2013 merilis koleksi gaun anak-anak Cesa. Kelahiran Cesa sebenarnya di luar perkiraan Lisa, dan berasal dari keinginannya untuk membuat gaun yang cantik dan nyaman dipakai oleh putri-putrinya.
“Awalnya hanya ingin mendandani anak buat ke pesta atau acara lainnya. Sayangnya, pakaian anak yang dijual di pasaran kebanyakan bahannya kurang halus dan anak suka gatal. Ternyata banyak yang nanya dan ingin bikin juga, terutama untuk pesta ulang tahun, aqiqah dan flower girl. Akhirnya aku launching Cesa pada 2013. Jadi sekarang namanya Benten Cesa,” cerita istri Spencer Jap ini.
Bermain bersama putri-putrinya selalu menjadi momen yang menyenangkan bagi Lisa. Giselle yang sudah bersekolah, diajaknya untuk berkreasi dan berimajinasi dengan play-doh dan lego. Putri sulungnya ini juga sangat menyukai puzzle.
“Dia beda banget dengan aku waktu kecil. Cenderung pemalu dan sangat hati-hati, nggak suka tampil kayak ibunya. Giselle sukanya belajar, baca buku, berhitung, dan sangat detail, mungkin menurun dari suami yang teliti banget,” papar Lisa, yang waktu kecil lebih suka main basket atau volley ketimbang baca buku.
Untuk pendidikan putrinya, Lisa memilih sekolah yang relatif dekat rumah dan menekankan budi pekerti selain prestasi akademis. Ia juga membiasakan anak-anaknya berbahasa Indonesia di rumah meski di sekolah harus berbahasa Inggris atau belajar bahasa Mandarin.
“Aku sengaja membiasakan satu bahasa dulu waktu anak mulai bisa bicara agar tidak bingung. Anak kecil kan, daya tangkapnya seperti spoon. Sekarang ia mulai belajar bahasa Inggris dan Mandarin yang simple-simple di sekolah,” ujar alumni Monash University Melbourne, Australia ini.
Lisa juga tidak ingin menyekolahkan putrinya terlalu dini. Ia menunggu hingga Giselle berusia 4 tahun untuk masuk paud. “Daya tahan tubuh anak kecil kan belum kuat. Jangan deh, anak umur 18 bulan sudah sekolah. Takutnya ia malah sering kena virus dan harus minum antibiotika. Tunggu sampai imunnya kuat dulu, cukup tidur siang, baru aku sekolahin,” ujarnya mantap.
Mom kelahiran Jakarta, 8 Mei 1983 ini juga belum mau memasukkan Giselle ke tempat les di usia 4 tahun. Walaupun begitu, ia berencana memasukkan putri-putrinya ke berbagai les nanti untuk mengetahui bakat dan hobi mereka, agar tidak salah mengarahkan.
“Misalnya les musik, biar ketahuan buta tone atau tidak. Aku sendiri dulu ngeband sama kakak, sebagai pemain piano. Aku memang suka seni dari SMP, tapi lebih ke melukis dan bikin desain fashion, bukan musik. Di SMA, aku menekuni fotografi juga. Dan karena tidak boleh kuliah desain, aku kuliah akunting dulu. Setelah lulus, ijazah kasih orangtua, aku belajar fashion design secara ototidak,” tuturnya.