Kompetisi Blue Band Master Oleh-Oleh Kembali Hadir
|Moms & Dads yang punya produk pastry dan bakery, jangan sampai melewatkan kompetisi satu ini. Sukses diikuti sekitar 3.600 peserta dari seluruh Indonesia tahun lalu, kini Kompetisi Blue Band Master Oleh-Oleh kembali digelar Unilever Food Solution atau UFS.
Kompetisi Blue Band Master Oleh-Oleh 2017 menjadi ajang pencarian ragam kreasi oleh-oleh terbaik khas Nusantara, yang didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia atau BEKRAF. Selain itu, tahun ini kompetisi juga didukung e-commerce Pesona Nusantara sehingga kreasi produk nantinya bisa dipasarkan online dengan jangkauan lebih luas.
“Gastronomi atau kuliner menjadi salah satu unggulan BEKRAF. Kontribusinya mencapai 40%,” ujar Fajar Hutomo, Deputi Akses Permodalan BEKRAF, membuka jumpa pers di Suasana Restaurant, Aston at Kuningan Suites, Jakarta, 25 September. Ia menambahkan, “Oleh-oleh makanan adalah bagian dari pengalaman pariwisata, jadi mari kita bawa rasa Indonesia ke dunia.”
Thomas Agus Pamudji, Managing Director Unilever Food Solution PT Unilever Indonesia Tbk mengungkap, kompetisi ini terbuka untuk umum, pengusaha bakery baik yang memiliki toko maupun hanya memasarkan produknya secara online atau kedua-duanya. Kategori produk adalah cake, cookies, roti dan bolen dengan produk Blue Band sebagai salah satu bahan dan telah dikemas sebagai oleh-oleh menarik.
“Cara ikut kompetisinya sangat mudah, melalui situs www.masteroleholeh.com. Sertakan story telling, cerita di balik produknya,” ujar Thomas Agus Pamudji.
Pendaftaran di situs tersebut sudah dimulai sejak 18 September, dan akan ditutup pada 10 November 2017, berbarengan dengan periode voting publik. Selanjutnya, akan ada periode penjurian pada November sampai Desember 2017, dan pengumuman pemenang Januari 2018. Nantinya akan dipilih Nominasi Oleh-Oleh Provinsi, lalu Master Oleh-Oleh Provinsi hingga akhirnya tiga Master Oleh-Oleh Nasional. Masih ingat kan, Moms & Dads, juara tahun lalu adalah Bagelen Bekatul Super Roti – Semarang, Cake Salak Kilo –Balikpapan, dan Nutsafir Cookies – Lombok.
Dalam talkshow, Vita Datau Messakh, Ketua Akademi Gastronomi Indonesia (AGI) dan Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kemempar RI menjelaskan, gastronomi negara kita memiliki Triangle Concept dengan poros Makanan, Budaya dan Sejarah. “Ketiganya saling berhubungan. Makanan dan sejarah dihubungkan dengan bahan pangan lokal, sejarah dan budaya dihubungkan dengan hikayat, sementara budaya dan makanan dihubungkan dengan ritual,” paparnya.
Pastry Chef Ucu Sawitri menambahkan, budaya berkumpul sambil menyantap kue sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. “Hampir di tiap daerah ada makanan dari ketan berasa manis. Filosofinya, ketan yang lengket kaya gluten membuat keluarga semakin dekat. Dan kumpul-kumpul membuahkan hubungan yang manis,” ujar chef yang giat mendorong para ibu berkreasi dengan kue berbahan lokal ini.
Presenter terkenal Fenita Arie juga kini telah terjun sebagai pelaku industri oleh-oleh dengan produk Brownies Mete atau Brownte. Brownte dikenal sebagai oleh-oleh khas Kendari, Sulawesi Tenggara. “Sebelum memilih kacang mete asli Kendari, saya mencoba kacang-kacangan dari daerah lain. Ternyata dengan kacang mete hasilnya lebih enak dan gurih,” tutur mom tiga anak ini.