Kenali Gangguan Mental Pada Si Kecil
|Seperti orang dewasa, si kecil pun bisa mengalami gangguan mental. Gejalanya bisa jadi berbeda dengan orang dewasa dan lebih sulit dikenali. Itu sebabnya banyak masalah gangguan jiwa pada anak yang tidak terdeteksi sehingga akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang dia.
Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Pusat, dr. Eka Viora, SpKJ mengungkap, untuk mengetahui masalah kejiwaan pada si kecil perlu dilakukan pengamatan dan konsultasi intensif. Moms & Dads perlu mengetahui fase perkembangan anak agar bisa mengamati apakah perkembangannya sesuai atau tidak.
“Anak usia 1-3 tahun misalnya, ketika ia sering teriak-teriak, kita anggap dia nakal atau hiperaktif. Padahal mungkin ada gangguan. Orangtua harus paham tahap perkembangan anak, apakah perilakunya normal atau tidak, di luar fase perkembangan atau tidak, menampakkan gejala autis atau bukan. Autisme biasanya ditandai temper tantrum, fokus pada satu objek berlama-lama, hiperaktif atau tidak bisa disuruh diam,” tuturnya.
Agar Moms & Dads tidak kebingungan menghadapi perilaku si kecil, perlu berkonsultasi dengan para professional, seperti dokter anak, psikolog dan psikiater. Para pakar ini harus mempelajari langsung setiap pasiennya lebih dalam sebelum menentukan diagnosa. Sayangnya, stigma negatif masalah kejiwaan membuat banyak orangtua tidak berusaha mencari pertolongan ahli ketika merasa anaknya mengalami gangguan mental.
Gangguan mental apa saja yang bisa dialami si kecil hampir sama dengan orang dewasa, yaitu:
- Kecemasan. Anxiety disorders ini beragam, bisa berupa obsessive compulsive disorder atau OCD, stress paska trauma, fobia sosial dan kecemasan menghadapi masalah sehari-hari. Berbeda dengan kecemasan biasa, anxiety disorders membuat si kecil cenderung tidak bisa berfungsi normal.
- Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Ada tiga gejala utama, yaitu sulit berkonsentrasi, hiperaktif, dan perilaku impulsif. Si kecil bisa jadi hanya menampakkan satu gejala, tapi bisa juga ketiga-tiganya.
- Autism spectrum disorder (ASD). Masalah perkembangan yang cukup serius ini umumnya terlihat pada usia dini, di bawah 3 tahun. ASD sangat mempengaruhi kemampuan si kecil berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
- Gangguan makan. Si kecil bisa mengalami anorexia nervosa, bulimia nervosa dan binge-eating disorder. Ketiganya harus segera mendapatkan penanganan serius karena dapat membahayakan nyawa. Si kecil seakan terobsesi dengan makanan dan berat badannya tanpa memedulikan hal lain.
- Gangguan mood. Jenisnya bisa depresi maupun bipolar disorder, yang ditandai perasaan ekstrim, entah itu terlalu sedih atau terlalu gembira yang berganti-ganti dengan cepat.
- Skizofrenia. Gangguan jiwa berat ini ditandai dengan halusinasi dan biasanya terjadi di usia remaja hingga 20 tahunan.
Ketika si kecil memiliki teman khayalan, Moms & Dads tak perlu langsung menyimpulkan ia memiliki masalah kejiwaan. Pada usia tertentu, memiliki teman khayalan adalah sesuatu yang normal. “Tapi bila di usia 12 tahun ia masih punya teman khayalan, berarti sudah ada gejala psikosis awal, halusinasi, atau yang lainnya. Perlu segera berkonsultasi dengan tenaga ahli,” ujar dr. Eka Viora.