Keluarga, Pertolongan Pertama Psikologis
|No health without mental health, dan keluarga yang sehat adalah awal dari jiwa yang sehat. Pentingnya peran keluarga menjadi fokus Kementerian Kesehatan RI dalam merayakan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016, yang bertema Martabat Dalam Kesehatan Jiwa: Pertolongan Pertama Psikologis dan Kesehatan Jiwa Bagi Semua.
“Menurut data World Federation on Mental Health, setiap 40 detik ada orang yang melakukan bunuh diri di dunia. Di sini, ada kasus ibu yang memutilasi anaknya. Ini semua bisa dicegah bila orang-orang terdekat sejak awal memberikan bantuan,” ujar dr. Fidiansyah, SpKJ, MPH, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (Dit P2MKJN), Kementerian Kesehatan RI.
Bersama dr. Eka Viora, SpKJ – Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Pusat, dr. H. Bambang Eko Sunaryanto, SpKJ, MARS – Ketua Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI), Bagus Utomo – Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) dan Vishnu Kalra – President Director Johnson & Johnson Indonesia, dr. Fidiansyah mensosialisasikan peran keluarga dan orang-orang terdekat dalam menjaga kesehatan jiwa di acara temu media, Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016, di Kemenkes RI, Jakarta, 5 Oktober.
Keluarga maupun orang-orang terdekat lainnya bisa melakukan Pertolongan Pertama Psikologis atau Psychological First Aid (PFA) saat seseorang mengalami peristiwa krisis. Peristiwa krisis menurut dr. Eka Viora, bisa berupa musibah bencana alam dan sejenisnya, kecelakaan, kehilangan orang yang dicintai atau harta benda, kekerasan, bullying dan lainnya.
PFA berupa dukungan emosional dan bantuan lainnya yang diberikan segera setelah seseorang mengalami peristiwa krisis. Cara paling dasar adalah dengan mendengarkan curahan hati mereka tanpa memaksa, mengenali dan memenuhi kebutuhan dasarnya, mendorong pendampingan tanpa paksaan dari orang-orang di sekitarnya dan melindungi mereka dari dampak negatif lebih lanjut.
“Saat seseorang sedang berkabung misalnya, jangan menganggap itu masalah sepele dan bilang ,’sudah, tak usah dipikirkan, ini masalah takdir dari Tuhan.’ Kalimat seperti ini tidak memberi reaksi positif. Biarkan dia bicara, menangis, berteriak, dan berikan perhatian atau empati yang dalam,” ujar dr. Eka Viora.
Agar Moms & Dads lebih memahami isu kesehatan jiwa ini, Kemenkes RI, PDSKJI, ARSAWAKOI, KPSI dan Johson & Johnson Indonesia menggelar Walk The Talk sebagai puncak peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016. Acara jalan sehat bersama ini diadakan di Monumen Nasional, Minggu, 9 Oktober. Selain jalan dan senam sehat, Moms & Dads sekeluarga bisa menambah wawasan tentang masalah-masalah mental health dan cara penanganannya.