Hindari Rugi Milyaran Dolar Akibat Mal Nutrisi
|Moms, kekurangan gizi di usia balita akan berpengaruh pada masa depan anak. Ia akan tumbuh dengan fisik dan kecerdasan yang kurang optimal sehingga mempengaruhi produktivitas kerjanya di masa depan.
Nestle Research Center bahkan membuat model ekonomi kesehatan yang dapat menghitung total biaya akibat kekurangan nutrisi, terutama zat besi, vitamin A dan zink pada kelompok anak usia enam bulan sampai lima tahun. Tahun lalu mereka merilis data riset yang dilakukan di Filipina.
“Biaya medis yang dikeluarkan karena kekurangan zat besi, zink dan vitamin A di Filipina mencapai USD 30 juta atau sekitar Rp 390 milyar per satu tahun untuk satu generasi. Dampak jangka panjang bisa terjadi kerugian milyaran dolar akibat lemahnya produktivitas kerja yang mengurangi pendapatan seumur hidup,” tutur Dr. Jorg Spieldenner, staf ahli Nestle Research Center Lausanne yang juga pakar ekonomi kesehatan.
Dr. Jorg menambahkan, kondisi Indonesia tidak jauh berbeda dengan Filipina. Untuk kasus anemia saja Indonesia sudah mengalami kerugian milyaran dolar karena berdasarkan data Riskesdas 2013, 28,1% anak usia 12-59 bulan di Indonesia mengalami anemia, yang diasumsikan akibat kekurangan zat besi. Data riset SEANUT bahkan lebih mengejutkan, yaitu 55% anak usia 0,5 – 1,9 tahun mengalami anemia di negara kita.
Kekurangan zat besi jadi masalah penting buat balita kita. Protein hewani seperti daging merah dan hati sebenarnya banyak mengandung zat besi, tapi kadang MPASI buatan sendiri tidak mencukupi angka kebutuhan gizi. IDAI merilis, untuk bayi usia 7-11 bulan diperlukan 7 mg zat besi per hari, sementara anak usia 1-3 tahun memerlukan 8 mg. Lalu apa solusinya?
“Balita bisa memperoleh mikro nutrisi dari susu formula dan sereal gandum yang telah difortifikasi atau diberi zat gizi tambahan, seperti zat besi, zink dan vitamin A,” ujar Dr. Jorg. Moms bisa mengecek kandungan nutrisinya dalam setiap label kemasan produk yang aman untuk balita.