Hati-hati Hipertensi Saat Hamil
|Hipertensi saat hamil bisa dialami para Moms karena kehamilan memang menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan tekanan darah. Moms dikatakan mengalami hipertensi bila angka tekanan darah sistolik/diastolik lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.
Hati-hati, Moms, karena hipertensi saat hamil bila tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi. Menurut pakar hipertensi dan salah satu pendiri Indonesian Society of Hypertension atau InaSH, dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA, FAsCC, hipertensi saat hamil dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun janin.
“Hipertensi sebagai komplikasi dapat terjadi pada 7-9% kehamilan, dan 18% kematian ibu hamil disebabkan hipertensi pada kehamilan,” ujarnya pada jumpa pers 11th Scientific Meeting of InaSH di kantor InaSH, Jakarta, 23 Februari 2017.
Ada beberapa jenis hipertensi pada kehamilan, yaitu:
- Hipertensi kronik bila Moms sudah mengalami hipertensi sebelum hamil. Tapi biasanya Moms tidak menyadari karena tidak ada gejala. Jadi penting untuk mengecek tekanan darah Moms saat mulai merencanakan kehamilan atau bahkan sebelumnya. Hipertensi yang muncul di trimester awal kehamilan bisa dimasukkan dalam kategori ini.
- Kronik dengan pre eklampsia bila Moms dengan hipertensi tidak tertangani dengan baik saat hamil sehingga ditemukan protein dalam urine, yang menandai pre eklampsia. Pre eklampsia meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau lahir dengan bobot rendah.
- Hipertensi gestasional jika Moms baru mengalami hipertensi di tengah kehamilan, biasanya pada minggu ke-20 atau bulan kelima. Moms perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mengendalikannya. Hipertensi gestasional umumnya akan hilang setelah Moms melahirkan.
- Pre eklampsia-eklampsia bila Moms dengan pre eklampsia mengalami kejang-kejang atau sudah memasuki tahap eklampsia, yang sangat berbahaya untuk Moms maupun janin.
“Selama hamil, tekanan darah meningkat terutama di sekitar plasenta,” ujar dr. Ann. Beliau menekankan, sebenarnya wanita berisiko mengalami tekanan darah tinggi lebih besar daripada pria. Bahkan angka prevalensi atau jumlah orang yang terkena lebih tinggi pada wanita (28,8%) dibandingkan pada pria (22,8%) menurut Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2013.
Selain kehamilan, hipertensi juga lebih mudah terjadi pada wanita setelah menopause akibat berkurangnya hormon estrogen. Itu sebabnya angka prevalensi hipertensi pada wanita usia 60 tahun ke atas jauh lebih tinggi daripada pria. Padahal tekanan darah tinggi menjadi faktor pemicu berbagai penyakit degeneratif yang berbahaya.
“Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting untuk penyakit Kardio-Cerebro Vaskular atau KCV,” ujar dr. Ann. Selain mempengaruhi fungsi jantung, hipertensi juga mempengaruhi fungsi ginjal, mata, dan otak sehingga berisiko gagal ginjal, stroke dan demensia.