Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Edukasi Tuberkulosis di Transportasi Publik

Plt Gubernur Soni Sumarsono (ke-4 dari kiri) bersama ketua Forum Stop TB Partnership Arifin Panigoro, dr. Asik Surya, Budi Kaliwono dan perwakilan pendukung edukasi TB di Trans Jakarta
Plt Gubernur Soni Sumarsono (ke-4 dari kiri) bersama ketua Forum Stop TB Partnership Arifin Panigoro, dr. Asik Surya, Budi Kaliwono dan perwakilan pendukung edukasi TB di Trans Jakarta

Pemandangan di halte bis Trans Jakarta Balai Kota, Rabu, 7 Desember berbeda dari biasanya. Pagi itu, beberapa orang mengenakan t-shirt putih bertulisan TOSS TB di bagian punggung, tampak lalu lalang. Mereka mengajukan pertanyaan seputar penyakit tuberkulosis atau TB pada para penumpang bis.

Mereka adalah para relawan, karyawan Johnson & Johnson Indonesia dan kader LKNU. Tidak hanya melakukan survey seberapa dalam pemahaman publik tentang TB, mereka, terutama kader LKNU, memberikan edukasi tentang penyakit paru-paru menular ini. Aksi 100 relawan ini dilakukan di 10 titik halteTrans Jakarta, terutama koridor satu, sepanjang pagi hingga meraih responden sebanyak 360 orang.

“Sebagian besar pasien TB adalah kelompok usia produktif, 15-55 tahun, sehingga peran industri akan sangat signifikan dalam upaya penurunan kasus TB,” ujar Damaris Purba, Head HRD Johnson & Johnson Indonesia, di Balai Agung, Balai Kota, 7 Desember.

Hasil survey ini menunjukkan 84,3% responden memahami TB. Sebanyak 88, 61% tahu penularan TB melalui udara, lewat batuk dan bersin penderita TB. Sementara 51,54% merasa berisiko terhadap tuberkulosis. Cara baru edukasi TB di transportasi publik ini digagas mengingat angka penderita TB masih sangat tinggi di Indonesia, terutama Jakarta. Kepala Sub Direktorat Tuberkulosis, Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian penyakit Menular, Kemenkes RI, dr. Asik Surya, MPMM, menyebut, survey WHO menemukan insiden TB di Indonesia mencapai 1 juta orang per tahun. Dan Indonesia adalah negara ketiga tertinggi insiden TB di dunia setelah India dan Tiongkok.

“TB perlu menjadi urusan semua orang. Saat ini Puskesmas telah menyediakan pengobatan gratis untuk pasien TB, tapi masih banyak yang belum paham. Perlu edukasi masyarakat agar tidak menularkan dan terbiasa berperilaku sehat, seperti menutup mulut saat batuk, tidak sembarangan meludah dan memakai masker,” tuturnya, sambil menambahkan dunia menargetkan bebas TB di tahun 2035.

Selain survey yang dilakukan hari ini, edukasi di bis Trans Jakarta akan terus berlangsung dengan pemasangan stiker TOSS TB atau Temukan Obati Sampai Sembuh TB. Setiap penumpang bis diajak untuk lebih memahami cara penularan, pencegahan hingga pengobatan TB.  “Saat ini armada Trans Jakarta berjumlah 1.300-an unit dan mengangkut sekitar 450 ribu orang per hari. Kami sangat mendukung edukasi TB di Trans Jakarta, semoga makin banyak warga Jakarta yang sadar dan mencegah penularan TB lebih luas,” tutur Budi Kaliwono, Direktur Utama Trans Jakarta, tentang program hasil kerjasama Kemenkes RI, Pemrov DKI, Forum Stop TB Partnership, Johnson & Johnson,  Trans Jakarta, dan CEPAT LKNU ini.

Plt Gubernur DKI Jakarta, Soni Sumarsono menambahkan, TB menjadi masalah kesehatan serius di Jakarta. Saat ini Jakarta berada di posisi ketiga angka tertinggi TB di Indonesia setelah Gorontalo dan Papua Barat. Padatnya penduduk dan mobilitas tinggi mempercepat penularan penyakit ini sehingga edukasi di bis, seperti juga edukasi di pemukiman padat, akan sangat bermanfaat.

“Di bis rentan penularan, dan kami sangat mendukung program yang mampu meningkatkan indeks kualitas hidup manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat,” tuturnya. Ia juga menekankan agar pihak penyedia fasilitas kesehatan lebih meningkatkan dan mempermudah pelayanan kepada masyarakat.

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *