Cegah Kanker Payudara Dengan Deteksi Dini
|Di bulan kesadaran kanker payudara dunia ini, kenali faktor risiko dan pencegahannya, Moms. Kanker payudara hingga kini masih menjadi penyakit mematikan tertinggi kedua pada wanita, dan 80-90% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara.
“Belum jelas apa sebenarnya penyebab kanker payudara. Banyak penderita yang tidak punya riwayat keluarga dengan kanker, bahkan tidak punya faktor risiko. Kami menduga disebabkan kombinasi tiga faktor, yaitu lingkungan, genetik dan hormon,” tutur dr. Khoo Kei Siong, Deputy Medical Director Parkway Cancer Centre sekaligus Medical Oncologist di Gleneagels Hospital, Singapore.
Dalam talkshow bertema Melindungi Perempuan dari Kanker yang Mematikan di Groove Suite Hotel, Jakarta, 9 Oktober, dr Khoo menekankan setiap wanita berisiko terkena kanker payudara. Faktor-faktor lain yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini adalah mutasi gen, radiasi di usia pubertas, kurang berolahraga, sering mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kekurangan vitamin D. Wanita yang mendapat haid di usia terlalu muda, menopause di usia terlalu lanjut, atau tidak pernah hamil dan menyusui juga memiliki risiko yang lebih besar.
Dengan kemajuan teknologi kedokteran, penanganan kanker payudara semakin baik dan harapan hidup pasien semakin tinggi. Tetapi yang paling baik adalah pencegahan sejak dini. Anggota Komite Penasihat Obat-obatan di Departemen Kesehatan Singapura ini mencontohkan Angelina Jolie, yang memutuskan melakukan pembedahan mastektomi ganda setelah mengetahui memiliki riwayat kanker pada keluarganya. Ia juga melakukan pengangkatan indung telur sebagai pencegahan kanker rahim.
“Bilateral mastektomi pada kedua payudara dapat mengurangi angka risiko hingga hampir 0%. Biasanya ini dilakukan setelah terdeteksi adanya mutasi gen BRCA 1 dan 2. Tidak semua wanita yang memiliki riwayat kanker keluarga memiliki mutasi gen tersebut, bahkan angkanya cenderung kecil,” tambah dr. Khoo.
Gynaecologist dari Mount Elizabeth Hospital, dr Lisa Wong, menambahkan, selain melakukan pembedahan mastektomi, kadang pasien juga memilih pengangkatan indung telur untuk mencegah kanker payudara dan rahim. “Biasanya kami sarankan melakukan pembedahan ini setelah ia memiliki anak dan tidak sedang menyusui, sekitar usia 40-an. Kami tidak menyarankan pembedahan di usia yang terlalu muda karena terapi hormonnya bisa memicu osteoporosis,” ujarnya.
Pada wanita yang tidak memiliki riwayat kanker keluarga, tetap disarankan untuk melakukan deteksi dini. Salah satu yang paling simple dan bisa dilakukan sendiri adalah dengan teknik perabaan sebulan sekali. Untuk wanita berusia 40 tahun ke atas, dianjurkan melakukan mammograms setahun sekali, dan usia 50 tahun ke atas, lakukan dua tahun sekali.
“Mammografi dapat mendeteksi kanker tahap dini sekalipun. Tetapi untuk perempuan muda lebih disarankan pemeriksaan MRI. Selain itu, terapkan hidup sehat dengan asupan gizi seimbang dan rutin berolahraga,” tambah dr. Khoo.