Bolehkah Berbohong Pada Si Kecil?
|Moms & Dads tentu menginginkan si kecil tidak suka berbohong, terutama kepada Moms & Dads. Harapan para orangtua di manapun, anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang jujur dan dapat dipercaya.
Tapi sepertinya kejujuran sulit dibentuk terutama di saat Moms & Dads kadang berbohong pada si kecil. Mungkin tidak disengaja atau bermaksud baik untuk melindungi perasaannya alias white lie. Tapi kebohongan sering kali melahirkan kebohongan lain, yang membuat keadaan semakin tidak terkendali. Bayangkan juga perasaan si kecil bila kemudian ia tahu bahwa ia dibohongi.
Menurut psikolog Vera Itabiliana, Psi. berbohong pada anak, walaupun white lie, sebaiknya dihindari. Ketika si kecil tahu kebenarannnya, ia mungkin akan terganggu secara emosional, misalkan ia jadi cemas. Apalagi bila orangtua berbohong tentang sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya.
“Si kecil bisa saja merasa tak punya pijakan dan tertekan ketika tahu ia dibohongi. Jangan mencari-cari alasan atau menutup sesuatu dengan kebohongan. Misalkan, saat orangtua bercerai. Daripada berbohong, sebaiknya berusaha menyampaikan dengan halus alasan mengapa Moms & Dads tidak lagi serumah agar tidak menyakiti perasaan anak,” tutur Vera.
Memperhalus situasi bukan berbohong. Ketika seorang kerabat dirawat di ICU misalnya, si kecil tentu bertanya. Moms & Dads dapat menjelaskan bahwa kerabat itu sedang dirawat di rumah sakit agar kembali sehat. Tidak perlu menjelaskan seberapa parah sakitnya karena hanya akan membuat si kecil cemas.
Kedekatan orangtua dengan si kecil kembali menjadi faktor penting agar komunikasi berjalan lancar. Terbiasa dibohongi bisa menanamkan ide berbohong itu boleh-boleh saja dalam pikirannya. Si kecil juga akan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya sendiri bila sering menerima kebohongan.