Bentengi Si Kecil Dari Bahaya Pornografi
|Membesarkan si kecil di era digital sangat penuh tantangan. Psikolog anak sekaligus pendiri Yayasan Kita & Buah Hati, Elly Risman, Psi. mengungkap, tantangan terbesar adalah pengaruh pornografi yang tersebar bebas di internet.
Kesibukan kadang membuat Moms & Dads lengah. Pendidikan di sekolah dianggap cukup dan orangtua menyibukkan anak dengan beragam les dan fasilitas, termasuk gadget. Padahal, tanpa pengawasan si kecil bisa ‘tersesat’ dan terjebak ke dalam hal-hal negatif.
“Kebanyakan orangtua baru menyadari anaknya bermasalah dan membawanya ke psikolog ketika nilai akademis menurun. Padahal problemnya jauh lebih besar. Ada anak usia 11 tahun yang ternyata melakukan masturbasi setiap hari atau anak 13 tahun yang sudah melakukan hubungan seks,” tutur peraih Tupperware SheCan! Award 2013 ini dalam Class Meeting Pendidikan: Mendidik Buah Hati di Era Digital, di Ballroom 1, Hotel Pullman, Jakarta Barat.
Ia memaparkan data United Nation yang membuat hati orangtua manapun miris. Salah satunya, kini usia anak yang melakukan hubungan seks pertama semakin rendah, yaitu 12-13 tahun. Angka kematian anak dan remaja, usia 10-19 tahun akibat AIDS meningkat 110% dalam kurun waktu antara 2005-2014 di Asia Pacific. Internet punya andil besar karena menyediakan kesempatan tidak terbatas untuk melakukan kegiatan seksual. Ini yang akhirnya berujung pada peningkatan infeksi virus HIV/AIDS.
Selain berisiko kematian, efek negatif pornografi pada si kecil adalah kerusakan otak bagian depan atau prefrontal cortex. Di bagian ini nilai-nilai moral, rasa tanggung jawab dan emosi diolah. Elly Risman mengibaratkan kerusakannya sama dengan korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera otak. Hasil MRI-nya bahkan tampak sama!
Si kecil bisa terpapar pornografi setiap hari lewat paling tidak 10 sumber berbeda. Sebuah riset pada siswa-siswi SD kelas 4-6 mengungkap, sebagian besar melihat pornografi lewat film bioskop/DVD, lalu games, beragam situs, dan videoklip. Begitu juga dengan komik, TV, iklan, HP, media cetak, dan buku cerita dengan prosentasi lebih kecil. “Si kecil mengalami tsunami jiwa dan orangtua tidak menyadarinya!” tegas Elly.
Elly Risman mengutip Mark B. Kastleman, penulis The Drugs of The New Millenium, yang menyebut anak laki-laki sebagai sasaran empuk para pebisnis pornografi. Bahkan lebih spesifik lagi adalah anak laki-laki belum baligh dengan kriteria cerdas, beragama dan peka.
Bagaimana caranya membentengi si kecil dari bahaya pornografi? Psikolog senior ini memberikan poin-poin berikut:
- Menguatkan bonding antara anak dan orangtua
- Membekali si kecil dengan dasar agama yang kuat
- Mendorong si kecil untuk memiliki harga diri
- Membekali si kecil dengan thinking skill
- Mendidik si kecil agar bisa mandiri dan bertanggung jawab
- Mengajarinya bijak berteknologi. Berikan aturan yang jelas tentang penggunaan gadget dan jadilah panutan yang baik. Misalkan, saat Moms & Dads membuat aturan no gadget di meja makan, bersikaplah konsisten dengan tidak membawa ponsel Moms & Dads sendiri saat makan bersama.