Beko Bantu Ciptakan Lingkungan Pendukung Bagi Generasi Sandwich Indonesia
|Terhimpit beban dua angkatan, yakni orang tua dan anak, generasi sandwich membawa tanggung jawab yang besar, mulai psikis hingga finansial. Belum lagi menjalankan beragam rutinitas, tak terkecuali pekerjaan rumah tangga sehari-hari, generasi “terjepit” semakin rentan stres. Lingkungan pendukung menjadi kunci. Mengawali kehadirannya di Indonesia, Beko, Europe’s number 1 freestanding home appliances brand, menguatkan pentingnya pengoptimalan peralatan rumah tangga sebagai salah satu lingkungan pendukung yang dapat diandalkan guna membantu generasi sandwich mengurangi stres sehingga bisa hidup lebih sehat.
Keterbatasan waktu membuat generasi sandwich semakin tertekan karena merasa tidak mampu memenuhi tanggung jawab terhadap dua angkatan penghimpitnya – termasuk menyelesaikan rutinitas rumah tangga harian. Studi dari Society for Personality and Social Psychology menyebut adanya peningkatan kortisol pada perempuan yang sudah berkeluarga ketika hunian dalam keadaan berantakan. “Beko selalu menjunjung filosofi a new generation of people means a new generation of needs. Bagi generasi sandwich, Beko menghadirkan solusi yang bisa menjadi sumber daya pendukung di lingkungan rumah, utamanya guna mengoptimalkan waktu mereka. Terlebih bagi generasi sandwich Indonesia di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Karenanya rangkaian peralatan rumah tangga Beko mengedepankan efesiensi dan kualitas, serta fungsi unggul berbasis teknologi Eropa yang memungkinkan generasi sandwich menyelesaikan rutinitas harian dengan lebih optimal. Dengan berkurangnya stres, maka generasi sandwich bisa mengatur perhatian lebih bagi keluarga dan diri sendiri,” papar Ali Cagri Gonculer, Country General manager, PT Beko Appliances Indonesia.
Riset lain dari American Psychology Assosiation mengungkap bahwa 2 dari 5 laki-laki dan 40% perempuan generasi sandwich merasakan stres berat. Rentannya mereka terhadap stres juga dikuatkan Vera Itabiliana, pakar psikologi dari Universitas Indonesia. Menurutnya, “Generasi sandwich tidak mengenal jenis kelamin ataupun usia. Banyaknya peran membuat mereka harus membagi waktu, atensi, afeksi dan banyak aspek lainnya, untuk orang tua, anak, pasangan dan diri sendiri. Waktu yang terbatas membuat generasi sandwich terus merasa terburu-buru dalam menyelesaikan rutinitas harian, baik pekerjaan maupun urusan rumah tangga. Ini membuat hasil rutinitas mereka tidak sesuai harapan. Tak hanya penat dengan penuhnya aktivitas, kekecewaan dan perasaan gagal semakin menekan generasi sandwich yang jika berkelanjutan bisa menimbulkan gangguan kesehatan serius.”
Dengan beranjaknya usia, sebagian generasi milenial pun berpindah ke fase pernikahan dan memiliki anak. Karakter mereka yang khas menambah tekanan bagi para milenial ketika menyandang posisi sebagai generasi sandwich. “Milenial memiliki kecenderungan untuk terlibat langsung atau hands on – termasuk ketika mereka sudah berkeluarga. Mereka merasa lebih puas ketika bisa menyelesaikan sendiri suatu pekerjaan. Tak mengherankan millennial sandwich generation mengalami risiko kerentanan stres yang lebih besar lagi,” lanjut Vera.
Kondisi serupa diakui Danesya Juzar, ibu dua anak dan pendiri komunitas Productive Mamas yang juga mewakili generasi sandwich milenial. Awal memiliki anak, ia merasa harus bisa menjadi sosok ibu sekaligus istri yang ideal – yakni harus mampu mengerjakan semua tanggung jawabnya sendiri. Mulai dari memandikan anak, membersihkan rumah, memasak makanan buat suami, ditambah dengan kewajibannya untuk memberi perhatian dan merawat orang tuanya. “Lambat laun saya merasa ‘idealisme’ tersebut justru menguras fisik dan mental. Lebih-lebih ketika ada kejadian tak terduga seperti anak atau orang tua sakit, atau mesin cuci tiba-tiba rusak padahal baju kotor sedang menumpuk. Saya merasa semakin terpuruk karena merasa gagal,” ungkap Danesya.
Sebagai solusi, Vera menekankan krusialnya peran lingkungan pendukung bagi generasi sandwich. “Menciptakan lingkungan pendukung yang dapat diandalkan menjadi kunci untuk membantu meringankan tekanan yang dihadapi generasi sandwich. Caranya, dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di kediaman. Sumber daya ini tidak harus pasangan, asisten rumah tangga, atau sopir dan sebagainya. Bahkan, alat bantu seperti peralatan rumah tangga, juga bisa diposisikan menjadi bagian dari lingkungan pendukung yang dapat diandalkan tadi,” jelasnya.
Dengan keunggulan teknologi Eropa yang telah terbukti sejak 1955, Beko menghadirkan jajaran peralatan rumah tangga terdepan sebagai bagian dari lingkungan pendukung yang dapat diandalkan bagi generasi sandwich di Indonesia. Rentang produk nan luas, dua di antaranya: mesin cuci dan lemari es, memiliki daya guna tinggi untuk mengoptimalkan rutinitas harian penggunanya. Misalnya, fitur NeoFrost™ Technology pada lemari es Beko – berupa sistem pendingin ganda untuk menjaga kesegaran lebih lama dan menghindari bau tercampur antara ruang pendingin dan pembeku, serta teknologi ActiveFresh BlueLight™ yang mampu melindungi kandungan vitamin dalam buah dan sayuran. Sementara, mesin cuci Beko menghadirkan pengaturan (setting) yang memungkinkan pemangkasan waktu cuci hingga mencapai 14 menit saja. “Tak hanya fungsi yang superior, produk-produk Beko juga selalu mempertimbangkan efisiensi dan kualitas. Ini kami jamin lewat garansi servis serta suku cadang selama 3 tahun, serta memberikan garansi 12 tahun untuk inverter motor dan compressor juga non inverter compressor,” imbuh Ali.
Di Indonesia, produk-produk Beko telah hadir di gerai-gerai Electronic City dan Courts area Jabodetabek, dengan rentang harga Rp 3 juta-18 juta untuk kategori produk mesin cuci dan lemari es. Menegaskan kesiapannya melayani pelanggan di Indonesia, Beko telah menyediakan layanan purna jual yang mumpuni serta mudah dihubungi lewat contact center bebas pulsa dan via aplikasi Whatsapp. Beko menargetkan merambah kota-kota lain di Indonesia di tahun-tahun mendatang.