Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Be Seen Be Heard: The Body Shop® Indonesia Ajak Kaum Muda Ambil Aksi Nyata dan Bersuara Lantang dalam Isu Perubahan Iklim

Foto : Istimewa
Foto : Istimewa

The Body Shop® Indonesia resmi meluncurkan kampanye Be Seen Be Heard yang memfokuskan pada peran serta dan suara kaum muda yang lebih aktif lagi dalam menjawab isu perubahan iklim. Secara global, kampanye Be Seen Be Heard ini telah diluncurkan di awal bulan Mei bersamaan dengan penerbitan laporan ‘Be Seen Be Heard: Memahami Partisipasi Politik Anak Muda’. yang dilakukan bersama antara The Body Shop® dan Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB. Laporan ini menunjukkan bahwa jutaan kaum muda di seluruh dunia saat ini tidak mendapat peran dalam sektor publik.

“Kampanye Be Seen Be Heard secara global bertujuan untuk menciptakan perubahan struktural jangka panjang dalam hal pengambilan keputusan agar lebih inklusif terhadap kaum muda. Di Indonesia, perubahan iklim adalah isu yang paling mengkhawatirkan dan telah mempengaruhi kehidupan masyarakat. The Body Shop® Indonesia ingin mengajak kaum muda untuk lebih Dilihat dan Didengar (Be Seen Be Heard) sehingga bisa berperan aktif dan memegang peran sebagai “Change Maker”. Kami mengajak anda untuk lebih lantang bersuara. Jadilah pionir dalam menanggulangi isu ini”, jelas Ratu Ommaya, Head of Values, Community & PR The Body Shop® Indonesia.

Dalam sesi diskusi yang digelar oleh The Body Shop® di acara peluncuran kampanye Be Seen Be Heard ini, Ratu Ommaya juga menggarisbawahi bahwa peran kaum muda sangatlah penting dalam mencegah fenomena perubahan iklim menjadi semakin buruk. “Kalau bukan generasi muda, siapa lagi yang akan memastikan masa depan planet ini. Seperti yang sering kita dengar dan baca; There’s No Future on The Dead Planet. Anda tidak bisa mengejar mimpi dan cita-cita Anda apabila Bumi dan alam sekitarnya tidak lagi Lestari”, demikian lanjut Ommaya.

Turut hadir dalam sesi diskusi ini adalah Angela Gilsha Panari, perwakilan kaum muda yang telah menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam kesehariannya. “Efek dari perubahan iklim seperti kenaikan suhu dan perubahan suhu yang ekstrem, musim kering dan hujan yang tidak konsisten, hingga bencana alam yang kian sering terjadi. Di Indonesia, hal-hal tersebut sudah kita alami sehingga menurut saya perubahan iklim ini bukan lagi sebuah fenomena, melainkan sebuah krisis yang kalau kita sebagai kaum muda tidak mengambil langkah aktif, Bumi yang kita tempati ini tidak mempunyai kesempatan sebagai rumah kita semua dalam menggapai mimpi-mimpi dan cita-cita kita”, jelas Angela.

“Peran yang dapat kita lakukan dalam mencegah efek perubahan iklim ini menjadi lebih buruk, bisa dilakukan dengan aksi-aksi yang sederhana. Misalnya menggunakan barang-barang yang bisa didaur ulang, mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, dan hemat energi, misalnya dengan lebih banyak menggunakan transportasi umum, dan mematikan lampu dan pendingin ruangan di kala kita tidak membutuhkannya”, lanjut Angela.

Iqbaal Ramadhan, seorang Aktor, Musisi, dan Mahasiswa yang juga telah memulai gaya hidup berkelanjutan mengatakan “Menjadi Change Maker dalam hal berperan aktif terhadap efek perubahan iklim tidak perlu dimulai dengan hal-hal yang kompleks. Beberapa aksi yang bisa kita jalankan dari sekarang adalah dengan selalu membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi konsumsi kantong plastik. Selain itu saya juga senang berbelanja di Thrift Store atau toko barang bekas yang harganya terjangkau bagi mahasiswa. Barang-barang yang didapat dari Thrift Store ini mendidik kita untuk menerapkan konsep re-use sehingga lebih ramah lingkungan”, demikian Iqbaal.

“Sekecil apapun langkahmu dalam mengurangi efek perubahan iklim, jangan ragu untuk menyuarakannya melalui media sosial, ataupun dalam percakapan sehari-hari dengan teman-teman kita. Suara kita dapat menginspirasi lebih banyak lagi kaum muda dalam mencegah efek perubahan iklim”, lanjut Iqbaal.

Fakta dan data seputar kaum muda dan Perubahan Iklim

  • Delapan puluh empat persen (84%) orang setuju isu perubahan iklim perlu segera diatasi, tapi nyatanya banyak yang masing menganggap ini adalah masalah generasi muda berikutnya.
  • Lima puluh persen (50%) generasi muda membahas isu lingkungan melalui media sosial, tapi hanya 23% yang berani berdebat.
  • Dua dari tiga orang sadar perubahan iklim akan terus memburuk, namun 77% tidak tahu harus memulai perubahan dari mana.
  • Perubahan iklim adalah isu 1 bagi generasi muda di Indonesia, tapi hanya 5% yang bersuara.

Beberapa fakta penting juga terungkap dalam sesi diskusi ini dari Impact Partners The Body Shop® Indonesia, yaitu CarbonEthics dan Teens Go Green. Kedua organisasi ini akan bekerjasama dengan The Body Shop® Indonesia dalam memastikan bahwa aksi-aksi seputar efek perunbahan iklim tidak berhenti sampai di sini, namun tetap berkelanjutan dan mendapatkan suara yang lebih besar lagi.

Bimo Listyanu, Chief Commercial Officer CarbonEthics mengatakan, “Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di tahun 2018, para Ilmuwan Iklim berkesimpulan bahwa kita hanya punya 8 tahun lagi sebelum Bumi tidak dapat kembali seperti semula. Bumi kita semakin panas. Karbon yang terlalu banyak membuat bumi menjadi terlalu panas dan terjadilah krisis iklim. Kita sudah mengalami 7 tahun terpanas berturut-turut sepanjang sejarah yaitu dalam rentang tahun 2015 hingga 2021. Sebagai kaum muda, kita harus mulai mengubah gaya hidup kita dengan memperhatikan usaha mengurangi jejak karbon, dan menyerap karbon yang tidak bisa kita kurangi.”

“Indonesia diprediksi menjadi negara di Asia Tenggara yang terkena dampak luar biasa dari perubahan iklim. Jakarta menjadi kota paling rentan yang akan mengalami dampak akibat krisis iklim karena kombinasi beragam masalah, seperti penurunan permukaan tanah dan minimnya infrastruktur pendukung. Saat ini diperkirakan sekitar 40% wilayah ibu kota berada di bawah permukaan laut. Dengan jumlah kaum muda yang besar seharusnya kaum muda bisa menjadi bagian dari solusi atas permasalahan akibat krisis iklim yang terjadi. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa (27,94 persen). Sementara jumlah generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa (25,87 persen). Kaum muda sejak dulu merupakan agen utama yang dapat melakukan perubahan. Dengan energi dan semangat yang tinggi, serta pola pikir dan ide-ide yang kreatif dan inovatif, kaum muda bisa menjadi solusi atas krisis iklim yang akan mengancam masa depan mereka”, Demikian Bambang Sutrisno, Co-Founder & Chairman Teens Go Green Indonesia menambahkan.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *