A-Z Gangguan Haid, Mioma, Endometriosis, Vaginitis dan Kanker Serviks
|Kesehatan reproduksi wanita tidak bisa disepelekan. Setiap perempuan harus menjaga kesehatan reproduksinya dengan tepat dan tidak mengabaikan sekecil apapun perubahan yang mungkin terjadi. Beberapa masalah reproduksi wanita yang harus diwaspadai adalah Gangguan Haid, Mioma, Endometriosis, Vaginitis, dan Kanker Serviks.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai masalah-masalah reproduksi wanita tersebut? Yuk simak penjelasannya yang telah berhasil Mom, Dad&I rangkum di bawah ini:
5 Masalah Reproduksi Wanita yang Harus Diwaspadai
1. Gangguan Haid
Gangguan Haid terjadi saat adanya masalah pada periode siklus haid. Normalnya siklus haid terjadi setiap 21-35 hari dengan durasi selama 4-7 hari. Saat Mom tidak mengalami siklus haid tersebut maka Mom perlu mencurigai adanya permasalahan gangguan haid. Beberapa jenis gangguan haid adalah:
a. Menorrhagia
Menorrhagia adalah kondisi di mana darah haid keluar sangat banyak hingga mengganggu kenyamanan. Biasanya durasi haid juga menjadi lebih lama dari yang seharusnya. Beberapa keluhan yang terjadi pada penderita Menorrhagia di antaranya adalah harus mengganti pembalut tiap jam, keluarnya gumpalan darah, mengalami gejala anemia seperti lemas, pucat, dan pusing.
b. Amenorea
Amenorea terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Amenorea primer adalah saat seorang remaja belum mendapatkan haid pertamanya hingga berusia 16 tahun. Sedangkan Amenorea sekunder adalah gangguan haid yang terjadi saat Mom tidak mendapatkan haid selama lebih dari tiga bulan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya di antaranya adalah hamil, menyusui, penyakit tiroid, PCOS, stres, efek samping obat-obatan, dan penggunaan alat kontrasepsi.
c. Dismenorea
Berbeda dengan dua gangguan di atas yang berkaitan dengan siklus menstruasi, Dismenorea adalah kondisi saat seseorang mengalami nyeri saat menstruasi. Rasa nyeri tersebut juga seringkali disertai dengan pusing, mual, muntah, hingga pingsan. Gangguan haid ini terjadi lantaran meningkatnya hormon prostaglandin saat haid. Selain itu, Dismenorea juga bisa disebabkan oleh kista, mioma, endometriosis, radang panggul, dan penggunaan IUD.
d. Oligomenorea
Oligomenorea adalah kondisi di mana seorang perempuan jarang mendapatkan haid. Dalam setahun, penderita Oligomemorea hanya mendapatkan haid sebanyak 8-9 kali saja. Penyebab Oligomenorea di antaranya adalah penggunaan alat kontrasepsi, masalah ovulasi, stres, efek samping obat-obatan, dan PCOS.
2. Mioma
Mioma adalah tumor non kanker yang tumbuh di dalam atau sekitar rahim. Ukuran Mioma bisa bervariasi. Umumnya Mioma akan menyebabkan beberapa gejala seperti sakit perut dan perdarahan menstruasi yang berat, nyeri saat berhubungan seksual, nyeri punggung, dan kelelahan. Meski begitu, sebagian penderitanya tidak mengalami gejala apapun.
Penyebab Mioma hingga saat ini belum dapat dipastikan. Namun faktor risikonya antara lain riwayat keluarga, obesitas, dan usia. Lebih dari separuh penderita mioma adalah perempuan berusia lebih dari 50 tahun.
Umumnya Mioma tidak membahayakan nyawa. Namun Mioma dapat menyebabkan kematian dalam kasus yang jarang terjadi akibat kehilangan banyak darah atau menyebabkan penyumbatan pada organ lain. Segera konsultasikan ke dokter bila Mom merasakan gejala yang disebutkan di atas untuk segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
3. Endometriosis
Melansir dari laman WHO, Endometriosis adalah penyakit di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim. Hal ini dapat menyebabkan nyeri hebat pada panggul dan dapat mempersulit kehamilan.
Endometriosis dapat dimulai pada periode menstruasi pertama seseorang dan berlangsung hingga menopause. Endometriosis juga dapat menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut di daerah panggul.
Penyebab Endometriosis belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Begitupun tidak ada cara yang pasti untuk mencegah terjadinya Endometriosis. Selain nyeri panggul, beberapa gejala Endometriosis di antaranya adalah nyeri saat berhubungan seksual, kembung atau mual, perdarahan hebat saat menstruasi, kelelahan, dan gangguan cemas.
Pengobatan Endometriosis umumnya dilakukan dengan cara mengurangi gejalanya. Beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan adalah pemberian obat antinyeri, obat hormonal, pemberian pil kontrasepsi, dan operasi pembedahan. Semua dilakukan berdasarkan gejala dan tingkat keparahannya. Jadi pastikan Mom tidak mengabaikan gejala Endometriosis yang mungkin dialami ya.
4. Vaginitis
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang dapat menyebabkan keluarnya cairan, gatal, dan nyeri. Penyebab Vaginitis biasanya karena terjadinya perubahan keseimbangan bakteri di vagina atau adanya infeksi.
Berkurangnya kadar esterogen setelah menopause dan beberapa kelainan kulit juga dapat menyebabkan Vaginitis. Ada beberapa jenis Vaginitis, di antaranya adalah:
- Vaginosis bakterial: hal ini disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan bakteri yang secara alami ditemukan di vagina, sehingga mengganggu keseimbangan alami.
- Infeksi jamur: ini biasanya disebabkan oleh jamur alami yang disebut Candida Abicans.
- Trikomoniasis: ini disebabkan oleh parasit dan sering ditularkan secara seksual.
Beberapa gejala Vaginitis adalah perubahan warna, bau, atau jumlah cairan yang keluar dari vagina, gatal atau iritasi pada vagina, nyeri saat berhubungan seksual, sakit saat buang air kecil, dan perdarahan vagina yang ringan atau timbulnya bercak. Pengobatan Vaginitis tergantung pada jenis Vaginitis yang Anda alami.
5. Kanker Serviks
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel yang dimulai di leher rahim. Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang terhubung dengan vagina. Human Papilomavirus atau HPV berperan dalam menyebabkan sebagian besar kanker serviks. HPV adalah infeksi umum yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Saat terkena HPV, sistem kekebalan tubuh biasanya mencegah virus tersebut melakukan kerusakan. Namun pada sebagian kecil orang, virus ini dapat bertahan bertahun-tahun, sehingga kemudian berkontribusi menyebabkan sel serviks menjadi sel kanker.
Risiko kanker serviks dapat dikurangi dengan melakukan vaksinasi. Pada tahap awal, kanker serviks mungkin tidak menimbulkan gejala. Seiring pertumbuhannya, kanker serviks dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti:
- Perdarahan vagina setelah berhubungan seksual, di antara periode menstruasi, atau setelah menopause
- Perdarahan menstruasi yang lebih deras dan berlangsung lebih lama dari biasanya
- Keputihan encer dan berdarah yang mungkin kental dan berbau busuk
- Nyeri panggul atau nyeri saat berhubungan intim
Pengobatan yang sering dilakukan untuk mengatasi kanker serviks adalah pembedahan untuk mengangkat sel kanker. Selain itu bisa juga diatasi dengan pemberian kemoterapi dan radiasi. Semakin cepat Kanker Serviks didiagnosis, semakin besar tingkat kesembuhannya.
Nah itulah beberapa informasi mengenai permasalahan reproduksi wanita yang mungkin terjadi. Pastikan Mom selalu waspada terhadap perubahan sekecil apapun yang terjadi pada organ reproduksi. Semoga informasi ini bermanfaat ya.