ForNASA Peduli Generasi Bebas Alergi
|Moms & Dads, kadang kita tidak menyadari dampak negatif alergi pada si kecil. Padahal tidak sedikit kasus alergi yang berakibat buruk baik untuk masa sekarang maupun masa depannya. Bayangkan bila ia mengalami atopic dermatitis alias gatal-gatal pada kulit dari bayi hingga besar akibat makanan tertentu, atau bersin-bersin dan flu parah setiap kali mengisap debu.
Si kecil akan sering merasa tidak nyaman, terganggu pertumbuhannya, bahkan juga pendidikan dan pergaulannya. Bukan hanya itu, Moms & Dads pun tidak bisa bekerja dengan tenang, sering merasa cemas, dan menghabiskan banyak biaya ke dokter. Ujung-ujungnya, kualitas hidup menurun dan menjadi beban bagi ekonomi keluarga maupun negara.
Prof. DR. dr. Samduridjal Djauzi, SpPD-KAI, dokter spesialis penyakit dalam-alergi imunologi RSCM mengungkap, alergi adalah reaksi tubuh yang berlebihan terhadap benda asing di luar tubuh kita, yang disebut allergen. Ini bisa terjadi karena faktor genetis maupun lingkungan. Pada penderita rhinitis alergi misalnya, debu karpet bisa membuatnya bersin dan batuk selama berhari-hari dan dalam jangka panjang, bisa berkembang menjadi asma.
“Sebuah riset di Jakarta, Subang, dan beberapa daerah lain menunjukkan risiko anak terkena asma sekitar 5-10%, pilek alergi sekitar 20%, dan alergi kulit sekitar 5%,” tuturnya.
Penelitian yang dilakukan Health Economics Indonesia pada 2012 menunjukkan, rata-rata anak mengalami alergi pada usia 0 – 6 tahun. “Selama itu, biaya pengobatan yang dikeluarkan untuk tiap anak mencapai sekitar 34,6 juta,” ujar Dr. dr. Astrid Sulistomo, Sp.Ok, Ketua Program Studi Spesialis Kedokteran Okupasi FKUI dan peneliti Health Economics Indonesia.
Dr. Astrid dan Prof. Samduridjal bersama para pakar medis lainnya, profesional berbagai bidang, serta beberapa institusi tergabung dalam ForNASA, Forum Nasional Sadar Alergi. Tujuan forum ini adalah meningkatkan kesadaran tenaga medis dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan primer alergi demi masa depan anak Indonesia yang lebih baik.
ForNASA resmi diluncurkan Selasa, 17 Februari dengan menggelar Media Discussion “Allergy Prevention and the Future of Nation; What is the Role of Health Care Professionals?”, di JW Marriott Hotel, Jakarta. Diskusi ini dipimpin Prof. DR. dr. Sofyan Ismael, SpA(K), dokter spesialis anak RSCM dan mantan Ketua Umum IDAI, dengan DR.Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K), Prof. Samduridjal, Dr. Astrid, DR. Dr. Herqutanto, MPH, MARS, dan DR. dr. Noroyono Wibowo, Sp.OG(K) sebagai pembicara. Jose Saavedra, MD, Global Chief Medical Officer, Nestle Nutrition Institute, Professor of Pediatrics, Gastroenterology, and Nutrition, Johns Hopkins University School of Medicine juga hadir sebagai pembicara tamu.
“Kami bekerjasama dengan ForNASA, salah satunya untuk mendidik praktisi medis mengenai pentingnya nutrisi bagi pencegahan alergi sejak dini,” ujar Jose Saavedra, MD. Ia menambahkan, ASI eksklusif di usia enam bulan pertama si kecil sangat penting untuk mencegah alergi. Tetapi bila tidak memungkinkan, ada susu formula baru yang bisa membantu.
DR. Dr. Zakiudin, pakar alergi dan imunologi, membenarkan hal ini. “Susu formula partially hydrolyzed whey bisa menjadi solusi bagi ibu yang sulit menyusui, untuk mengurangi risiko alergi susu sapi pada bayi.”