Dehidrasi Saat Hamil Berisiko Prematuritas
|Moms, mengalami dehidrasi dalam keadaan biasa saja bisa menimbulkan gangguan kronik. Risikonya akan semakin besar saat Moms hamil. Bukan hanya pada Moms tetapi juga kepada si kecil di dalam rahim.
Dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG(K), salah seorang penulis buku Mitos atau Fakta: Air dan Hidrasi, mengungkapkan empat masalah utama yang bisa terjadi ketika Moms mengalami dehidrasi saat hamil. Yaitu:
- Terjadi oligohidramnion atau penurunan jumlah cairan amniotic (ketuban). Padahal cairan ketuban berfungsi untuk menjaga janin dalam rahim sekaligus membantu perkembangan otot, tulang dan sistem pencernaannya.
- Proses perkembangan janin terhambat. Ini juga berkaitan dengan kekurangan cairan amniotic.
- Terjadi prematuritas.
- Moms lebih berisiko mengidap penyakit kronis. Dehidrasi mengakibatkan sembelit, gangguan ginjal hingga penurunan volume darah yang bisa membahayakan Moms dan janin.
Kehamilan membuat kebutuhan air meningkat untuk mendukung sirkulasi janin, produksi cairan ketuban dan volume darah. Kebutuhannya disesuaikan dengan aktivitas Moms, suhu lingkungan, tempat tinggal dan banyak faktor lain.
Walaupun sulit dirumuskan dengan jelas, rata-rata Moms memerlukan tambahan asupan air 300-450 ml selama hamil. Jadi, bila dalam keadaan normal Moms dianjurkan meminum 8 gelas air sehari, selama hamil Moms bisa menambah asupan cairan menjadi 10 gelas per hari. Tambahan asupan cairan juga diperlukan selama Moms menyusui untuk mendukung produksi ASI.
Banyak mitos yang beredar, yang berkaitan dengan asupan cairan selama hamil. Salah satunya, meminum air kelapa hijau agar si kecil lahir botak dan berkulit putih. Menurut DR. Budi, kulit dan ciri fisik si kecil lainnya dipengaruhi faktor genetis, tidak berkaitan dengan konsumsi air kelapa. Hanya saja kandungan elektrolit air kelapa hijau mungkin bisa membantu Moms terhindar dari dehidrasi.
“Itupun tidak banyak pengaruhnya, karena kandungan elektrolitnya hanya sedikit. Yang terpenting adalah mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang,” kata DR. Budi.