Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Kapan Si Kecil Memerlukan Antibiotika

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Moms, saat si kecil sakit rasanya ingin sekali memberinya obat yang bisa langsung menyembuhkan. Tidak sedikit orangtua yang merasa antibiotika sebagai satu-satunya penyembuh. Padahal tidak semua penyakit memerlukan pengobatan dengan antibiotika.

“Ada dua jenis pengobatan, causal dan symptomatic,” ujar Dr. Hj. Patria Vittarina, SpA, dokter spesialis anak dari RS Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan pada talkshow Positif dan Negatif Pemberian Antibiotika Pada Anak, di Pejaten Village, 20 Desember. “Antibiotika dan antivirus biasanya diberikan pada pengobatan causal. Sementara obat lainnya untuk mengurangi gejala atau pengobatan symptomatic.”

Antibiotika diberikan bila si kecil telah didiagnosa dokter menderita infeksi bakteri. Setiap kasus unik, jadi masing-masing pasien bisa mendapat antibiotika yang berbeda dengan dosis berlainan. Dr. Patria menyarankan agar Moms menuntaskan pemberiannya sesuai resep dokter walaupun si kecil sudah tampak sembuh.

“Antibiotika harus dikonsumsi sesuai dosis hingga tuntas. Bila tidak, bakteri kemungkinan belum mati walaupun gejala sudah hilang dan akan timbul resistensi atau kebal. Bila ini terjadi, ketika si kecil datang dengan penyakit yang sama, ia harus mendapat dosis yang lebih tinggi. Ini bisa menimbulkan gangguan pada ginjal dan hati,” paparnya.

Pengobatan antibiotika dengan dosis tinggi atau berlebih bisa menimbulkan berbagai efek samping. Antara lain, gigi kekuningan bahkan sampai bolong, gangguan pendengaran walaupun jarang terjadi, dan yang paling umum adalah reaksi alergi.

“Pemberian dosis biasanya berdasarkan berat badan anak. Ruam atau bentol merah, mata bengkak dan sesak nafas setelah pemberian obat berarti si kecil alergi. Biasanya alergi terjadi setelah mengkonsumsi obat beberapa kali karena butuh kadar tertentu untuk menimbulkan reaksi alergi,” tutur Dr. Patria.

Untuk meminimalkan pemberian antibiotika, Moms bisa menangani sakit si kecil terlebih dulu sebelum membawanya ke dokter. Misalnya, saat si kecil demam tanpa riwayat kejang, cukup diberi banyak minum dan dikompres, banyak istirahat serta mengkonsumsi banyak buah dan makan makanan bergizi.

Si kecil yang masih bayi biasanya tidak memerlukan antibiotika karena sebagian besar penyakitnya disebabkan virus. Dokter tidak banyak memberikan obat jenis ini pada bayi karena bisa mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan tubuh.

“Bayi biasanya gampang sakit. Kalau bolak-balik dikasih antibiotic, kuman baik bisa mati padahal berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Obat paling ampuh untuk bayi adalah ASI. Jadi, beri dia ASI sampai usia dua tahun. Bila perlu siapkan ASI perah,” ujar dokter yang berpraktek di RS Muhammadiyah Taman Puring dari Selasa sampai Sabtu ini.

Dr. Patria juga menjelaskan, Moms tidak perlu kuatir bila harus mengkonsumsi antibiotika saat menyusui. Moms masih bisa mengkonsumsinya selama 1-7 hari tanpa mempengaruhi ASI. Jadi, tidak ada efek samping yang diteruskan pada si kecil.

 

Dr. Hj. Patria Vittarina, SpA
Dr. Hj. Patria Vittarina, SpA

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *