Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Inside Out, 5 Suara di Otak Kita

Inside Out, gambaran emosi di benak kita
Inside Out, gambaran emosi di benak kita

Ingin tahu bagaimana emosi mempengaruhi sikap dan keputusan kita? Film terbaru Disney-Pixar, Inside Out, menggambarkannya dengan sangat imajinatif lewat kehidupan Riley, gadis 11 tahun, dan lima emosi yang mengendalikannya.

Joy (kesenangan), Fear (ketakutan), Anger (kemarahan), Disgust (rasa jijik), dan Sadness (kesedihan) berbagi tugas mengisi setiap momen kehidupan Riley hingga menjadi memori yang tersimpan di dalam otak dan bawah sadarnya. Selama ini, Joy berperan paling besar dalam dunia kanak-kanak Riley. Tapi keadaan berubah ketika ia harus meninggalkan Minnesota menuju San Francisco.

Sadness mengubah banyak memori indah menjadi kesedihan, membuat Joy panik. Puncaknya, Joy dan Sadness terlempar keluar dari Headquarter, tempat kelima emosi mengendalikan situasi, dan terdampar di lautan memori. Berusaha menyelamatkan memori inti dan pulau-pulau kesenangan Riley, yang terus runtuh, Joy dan Sadness mencari jalan kembali. Sementara di Headquarter, Anger, Disgust dan Fear, yang berusaha memperbaiki keadaan, malah membuat Riley menjadi sosok pemurung dan pemarah.

Sedih Itu Perlu

Inside Out lahir dari creator banyak film animasi box office, seperti Up, Monster, Inc., Toy Story dan Finding Nemo. Sutradara Pete Docter dan co-director Ronnie Del Carmen khusus mengenalkan film ini pada penonton lewat tur Asia Tenggara, yang mampir ke Jakarta beberapa hari lalu.

“Kami melakukan riset tentang pikiran manusia dan emosi. Banyak saran juga dari para ilmuwan untuk film ini,” tutur Ronnie tentang film yang mulai tayang di bioskop kita, 19 Agustus ini.

Karakter lima emosi yang disuarakan Amy Poehler (Joy), Bill Hader (Fear), Lewis Black (Anger), Mindy Kaling (Disgust) dan Phyllis Smith (Sadness) sengaja dipilih karena paling tepat menggambarkan kondisi anak beranjak remaja seperti Riley.

”Disgust misalnya, sangat berperan pada remaja karena mereka mulai peduli pendapat orang lain dan berusaha diterima kelompok tertentu. Sadness membuat kita terhubung dengan orang lain dan jalan untuk meminta bantuan saat dilanda masalah,” papar Pete.

“Orang tua cenderung ingin anak-anaknya selalu bahagia, itu tugas Joy. Menunjukkan kesedihan sering dianggap lemah, padahal bila kita memendam masalah sendiri, keadaan akan semakin buruk,” tambah Ronnie.

Butuh lima tahun untuk mengemas film ini menjadi tontonan yang seru dan menyenangkan, sekaligus bermakna dalam. Pemilihan warna karakter emosi pun tidak main-main, seperti biru dan merah yang mewakili kesedihan dan kemarahan, serta hijau muda bersinar untuk Joy yang ceria dan optimistis. “Kami juga mengadaptasi ekspresi pengisi suara sehingga kita bisa melihat kemiripan mereka,” ujar Pete, yang mendapat ide membuat film ini karena perubahan sikap putrinya.

 

Pete Docter dan Ronnie Del Carmen di Filmmakers Session, Binus University
Pete Docter dan Ronnie Del Carmen di Filmmakers Session, Binus University

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *