Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Picky Eating Tanda Si Kecil Stress?

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Moms & Dads, banyak orangtua merasa picky eating pada si kecil hanyalah satu tahapan pertumbuhan. Bahkan tidak sedikit yang berpendapat perilaku ini akan hilang sendiri. Ternyata picky eating bisa menjadi pertanda untuk masalah yang lebih serius, yaitu stress atau depresi.

“Pada anak masalah ini belum tentu hilang sendiri,” tegas William Copeland, PhD, psikiater dari Duke University School of Medicine, USA. Ia bersama timnya melakukan riset tentang hal ini dan menemukan 1 dari 5 anak kemungkinan mengalami masalah makan picky eating.

“Bagi beberapa anak ini bisa berarti tanda bahaya bahwa mereka tengah berjuang dengan masalah emosional atau perilaku menyimpang,” tambahnya.

Riset yang dilakukan tahun 2015 ini melibatkan 917 anak sehat berusia 2 – 6 tahun yang melakukan check up rutin di Duke. Para orangtua atau pengasuh mereka diminta menjawab beberapa pertanyaan seputar kebiasaan makan dan tanda-tanda kecemasan, stress dan masalah lainnya. Periset kemudian mengelompokkan anak-anak ini berdasarkan kebiasaan makan, yaitu kelompok normal, sedang dan picky eater parah alias pemilih.

Picky eater normal adalah anak-anak yang menolak makanan yang memang cenderung kurang disukai, seperti brokoli. Kelompok moderat  atau sedang biasanya dibuatkan menu spesial oleh orangtua dengan pilihan terbatas. Kelompok parah sangat selektif, sulit beradaptasi di acara makan bersama seperti pesta ulang tahun dan selalu membawa bekal.

“Mereka adalah anak-anak yang sangat selektif dengan jenis makanan sangat terbatas sehingga akhirnya memicu masalah-masalah lain,” ujar Nancy Zucker, PhD, penulis utama dan direktur Duke Center for Eating Disorders.

Riset ini menemukan 18% anak merupakan picky eater sedang dan 3%-nya parah. Kedua kelompok ini sama-sama menunjukkan gejala kecemasan dan depresi. Picky eater parah dua kali lipat lebih banyak yang didiagnosa depresi atau kecemasan sosial. “Dua tahun setelah evaluasi pertama, anak yang masuk kategori sedang dan parah kadar gejala kecemasannya juga meningkat,” kata Copeland.

Kedua kelompok anak ini juga umumnya mengalami hambatan tumbuh kembang. Bahkan kelompok parah bisa mengalami kesulitan menelan makanan. Akibatnya dapat memicu malnutrisi dan biasanya mereka kekurangan zat besi, vitamin D, zinc dan selenium. Selain itu, mereka berpeluang memiliki masalah perilaku di luar rumah dua kali lebih besar.

Apa yang bisa Moms & Dads lakukan? Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Bila perlu, dokter anak akan bekerjasama dengan spesialis lain, seperti psikolog, gastroenterologist, dan ahli gizi agar si kecil bisa mengubah kebiasaan makannya menjadi lebih sehat. Para ahli juga membantu Moms & Dads menemukan penyebab masalah si kecil, karena bisa jadi ia termasuk anak yang sensitif pada aroma dan tekstur makanan.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *