Film Kartini Ingatkan Kembali Pentingnya Pendidikan
|Dunia pendidikan kita tak pernah lepas dari beragam masalah. Kualitas hingga penyebaran pendidikan yang belum merata masih jadi persoalan besar di Indonesia. Banyak yang peduli, termasuk para sineas yang ingin mengingatkan kembali betapa pentingnya pendidikan untuk semua kalangan, melalui film Kartini.
Sosok pejuang pendidikan dan emansipasi wanita ini akan kembali diangkat ke layar lebar. Moms & Dads mungkin pernah mendengar film tentang Kartini yang dibintangi Yenny Rahman puluhan tahun lalu. Kini, Dian Sastrowardoyo akan tampil memerankan Raden Ajeng Kartini dalam film arahan sutradara Hanung Bramantyo.
“Dari pertama saya sangat passionate dengan masalah-masalah pendidikan di Indonesia,” ujar Robert Ronny, produser dan pemilik perusahaan film Legacy Pictures, yang memproduseri film Kartini. “Saya merasa banyak masalah di Indonesia bisa diselesaikan dengan majunya pendidikan. Dan Kartini juga percaya dengan hal itu. Bahwa untuk mengubah nasib seseorang, mengubah nasib sebuah bangsa, juga lewat pendidikan. Dengan pendidikan, nggak peduli lagi soal kasta, nggak perlu menikah muda, dan sebagainya. “
Kepercayaan Kartini terhadap the power of education yang bisa mengubah nasib seseorang, bahkan nasib suatu bangsa, juga menjadi temuan yang menarik bagi Dian Sastrowardoyo saat dia menyelami kehidupan pahlawan bangsa ini. Dian melakukan riset panjang untuk memerani sang tokoh.
“Semakin dalam saya membaca dan belajar soal Kartini, semakin kagum saya terhadap beliau. Problema Kartini jauh lebih filosofis, dekonstruktif, jauh lebih postmodern. Kita diingatkan kembali bahwa orang Indonesia itu ada kemampuan berpikir sejauh itu dan seprogresif itu. Hal itu berarti ‘kan ada di DNA kita tetapi kenapa kita sekarang belum sampai ke situ? Apakah karena kita malas, atau apakah karena kita harus mengalami represi sebesar yang Kartini alami, baru kita bisa berkembang untuk menjadi seorang pemikir yang matang?” tuturnya.
Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879, dan wafat di Rembang 21 tahun kemudian. Putri seorang pejabat pemerintahan ini memilih hidup sederhana dan konsisten memperjuangkan masalah pendidikan lewat tulisan di kolom publikasi Belanda serta surat-surat yang kemudian dibukukan.
Pertentangan batinnya untuk memajukan rakyat bertolak belakang dengan kemegahan tempat tinggalnya sebagai anak priyayi. Suasana Jawa abad ke-19 ini terekam dengan baik di film Kartini, yang siap tayang di bioskop mulai 20 April 2017 di seluruh Indonesia.
“Membuat film biopik, apalagi juga sebuah film periodik, tentu tidak main-main. Salah satu kendala yang paling besar adalah mensiasati lokasi yang sudah tidak otentik lagi,” ujar Robert Ronny.
Hanung menambahkan, “Banyak ruang yang sudah berubah, bahkan sudah tidak ada lagi jejak masa lalunya. Mau tidak mau, kita membangun set lagi, termasuk untuk rumah kediaman Kartini.”