Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Waspada Penyakit AMD Penyebab Utama Gangguan Penglihatan

Foto dari freepik.com
Foto dari freepik.com

Mata sebagai organ tubuh yang berfungsi untuk melihat. Kesehatan mata perlu dirawat secara rutin guna mempertahankan penglihatan, terutama pada lansia. Pasien degenerasi makula terkait usia (Age-related macular degeneration/AMD) dihimbau untuk tetap memperhatikan kesehatan mata serta pengobatan rutin untuk mempercepat kesembuhan, meskipun di tengah pandemi Covid-19 saat ini. AMD sering kali terjadi pada lansia, jika tidak ditangani tidak tepat maka akan berujung parah.

Gangguan penglihatan dan kebutaan akibat AMD sangat menurunkan kualitas hidup lansia, yang sebetulnya perlu tetap aktif dan berkontribusi dalam masyarakat. “Gangguan terjadi secara perlahan dan progresif, sehingga memerlukan pemantauan ketat, serta kontrol dokter dan pengobatan berkala. Walaupun situasi pandemi Covid-19 memang menyulitkan, kami menghimbau agar pasien AMD khususnya, tetap memiliki semangat dan tidak takut untuk ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan sehingga tidak terjadi kondisi pengelihatan yang memburuk,” tutur dr. M. Sidik, Sp.M(K) selaku Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat dalam Virtual Media Briefing sekaligus Journalistic Award untuk memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2021.

AMD merupakan penyakit mata yang terbagi 2 jenis, yaitu AMD kering (dry AMD) dan AMD basah (wet AMD). AMD kering terjadi kerusakan makula secara bertahap karena sel-sel retina mati dan tidak diregenerasi yang dimana akan menjadi AMD basah. Pada AMD basah, terjadi pertumbuhan pembuluh darah abnormal ke dalam makula, sehingga terjadi perdarahan atau akumulasi cairan di makula. Akibatnya, akan timbul jaringan parut pada makula yang menyebabkan pasien kehilangan penglihatan sentralnya (kebutaan). Penyebab AMD berasal dari usia selain itu ada faktor genetik dan merokok. Biasanya terjadi lansia usia 60 tahun, namun juga bisa terjadi di awal. Bagi yang memiliki faktor tersebut harus waspada jika diabaikan maka akan memengaruhi kesehatan mental, komplikasi hingga kebutaan.

Saat ini, pengobatan memang terhalang dengan ketakutan masyarakat untuk berkunjung ke rumah sakit di masa pandemi Covid-19. Studi ALTAIR di tahun 2020 menunjukan bahwa terapi Aflibercept intravitreal pada penderita AMD tipe basah dapat memperpanjang jarak interval pengobatan dalam rejimen treat-and-entend (T&E) dengan penyesuaian 2 minggu atau 4 minggu. Hasil terapi menunjukkan perbaikan penglihatan dan anatomi makula pada pasien yang sebelumnya belum pernah menggunakan pengobatan selama 52 minggu, sekaligus mengurangi beban pengobatan. Studi ini menunjukan bahwa 40% pasien bisa berobat 4 bulan sekali, dan 60% lainnya 3 bulan sekali dengan penggunaan Aflibercept ini – dimana yang sebelumnya pasien harus datang untuk perawatan wetAMD setiap 2 bulan sekali. Terapi Aflibercept intravitreal juga efektif pada satu sub-tipe AMD tipe basah yaitu Polypoidal Choroidal Vasculopathy (PCV), yang paling sering terjadi pada ras Asia sehingga disebut “Asian AMD”, di mana 25% – 50% pasien Asia dengan AMD juga memiliki PCV.

Maka dari itu, para lansia diharuskan untuk mendeteksi kesehatan mata secara rutin guna mencegah penyakit AMD. Sesuai dengan himbauan Hari Penglihatan Sedunia 2021, lakukan pemeriksaan mata minimal sekali dalam setahun, terutama ketika mulai menginjak usia 40 tahun, serta perlu dideteksi berbagai gangguan mata degeneratif termasuk AMD.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *