Transplantasi Ginjal di Era New Normal
|
RSUPN Dr. CIpto Mangunkusumo atau yang biasa dikenal dengan RSCM yang sudah memulai program transplantasi ginjal sejak tahun 1977 telah menerapkan protokol kesehatan di era new normal di masa pandemi COVID-19 ini tanpa mengurangi kualitas layanannya. Dengan penerapan sistem zonasi yang ketat untuk mengurangi potensi penularan antara pasien, tenaga kesehatan dan karyawannya RSCM dapat tetap menjalankan prosedur transplantasi ginjal ke pasien tanpa rasa gelisah dan khawatir seperti yang dikatakan oleh Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dr. Lies Duna Liastuti, SpJP (K), MARS.
Prof. Dr. dr. Endang Susalit, SpPD-KGH, FINASIM yang merupakan ketua Indonesian Transplantation Society mengatakan “Masalah universal yang dihadapi dalam bidang transplantasi organ, ialah kurangnya jumlah donor. Dengan membentuk Komite Transplantasi Nasional yang disertai dukungan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia, diharapkan masalah kekurangan donor ginjal dapat teratasi dengan pengningkatan jumlah donor hidup dan pelaksanaan transplantasi dengan donor jenazah.”
Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K) sekaligus Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Urologi FKUI-RSCM mengemukakak, “Dalam penanganan pasien penyakit ginjal tahap akhir, pilihan terapi yang tersedia saat ini adalah dialysis (cuci darah) atau transplantasi, yang secara umum transplantasi ginjal merupakan metode terbaik. Dengan adanya transplantasi ginjal, maka fungsi ginjal akan menjadi normal, serta kualitas pasien juga dapat meningkat dan dapat beraktivitas secara normal seperti sebelum mengalami penyakit ginjal.”
Dan Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K) juga menekankan bahwa mitos transplantasi ginjal hanya dapat dilakukan sebagai langkah terakhir setelah pasien menjalani cuci darah adalah tidak tepat. Prosedur transplantasi ginjal yang sudah dapat dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat mengurangi kekhawatiran pasien terhadap risiko prosedur operasi yang dijalankan di RSCM dengan tetap menerapkan prosedur protokol kesehatan seperti yang sudah diberitahu oleh Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K) dalam salah satu prosedurnya dilakukan langkah untuk mewajibkan pemeriksaan swab real-time PCR SARS-CoV-2 pada tim transplant yang didapatkan terpapar maka tidak akan diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi.
Bagi pasien pasca prosedur transplantasi ginjal Dr. dr. Dita Aditianingsih, Sp.AN-KIC memegang peranan penting dalam menjamin keberhasilan tindakan dan mengurangi risiko komplikasi. Seperti yang dikemukakan oleh Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, Sp.PD-KGH pasien akan dipantau secara intensif dan ketat untuk kondisi medisnya.
Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, Sp.PD-KGH juga menyebutkan bahwa penyakit ginjal tahap akhir mayoritas disebabakan oleh penyakit kronik seperti hipertensi dan diabetes mellitus, maka pencegahan untuk penyakit kronik seperti hipertensi dan diabetes mellitus untuk tetap menjaga tekanan darah dan kenormalan kadar gula dalam darah, patuh pada pengobatan yang diberikan dan menerapkan pola hidup sehat seperti mengonsumsi diet harian yang tepat, melakukan aktivitas fisik, menjaga berat badan, beristirahat cukup, tidak merokok atau minum-minuman alkohol, langkah-langkah ini juga perlu diterapkan bagi calon pendonor transplan dan resipien sebelum prosedur dilakukan.