Tengkleng Rica, Sate Buntel, Pangan Lokal Solo Kaya Nutrisi
|Si kecil di masa pertumbuhan tentu butuh asupan makanan yang mengandung protein tinggi dan nutrisi lainnya. Salah satu sumber protein tinggi adalah daging merah, misal daging kambing dan sapi. Pangan lokal kita kaya akan menu masakan berbahan utama kambing, seperti pangan khas Solo, tengkleng rica dan sate buntel.
“Anak-anak kita dibiasakan saja konsumsi pangan lokal sebelum mengenal yang lain-lain dari luar. Misalnya, sebelum burger, kenalin dulu tengkleng rica,” ujar Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD – Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, dalam sesi talkshow Pentingnya Pemenuhan Pangan Lokal Bernutrisi dan Berkelanjutan, sebagai bagian dari program Jelajah Gizi 2023, Danone Indonesia dan Citilink, di Restoran Pracimasana, Pracima Tuin, Komplek Mangkunegaran, Solo, 14 Agustus.
Tengkleng rica dengan bahan utama tulang kambing selain lezat dengan rasa gurih, manis dan pedasnya bumbu rica-rica, kaya nutrisi dari kandungan daging dan sumsum tulangnya. Seratus gram daging kambing mengandung sekitar 16,6 gram protein , 9,2 gram lemak, 11 mg kalsium dan 1 mg zat besi. Sedangkan sumsum tulang mengandung kolagen tinggi dan beberapa jenis vitamin B.
Sate buntel bisa jadi pilihan menu yang tidak pedas untuk si kecil. Sate buntel dibuat dari daging kambing cincang, yang dibungkus lemak halus kambing atau bagian lemak perut yang transparan. Semua menu olahan daging dan tulang kambing ini menjadi menu khas Warung Sate Kambing dan Tengkleng Pak Manto, yang sangat terkenal di Kota Solo.
“Sate Kambing Pak Manto pioneer tengkleng rica di Kota solo. Dulu, almarhum Bapak dapat pesanan dari salah satu pejabat Kota Solo, 20 ekor kambing guling untuk pesta pernikahan. Tulangnya dikembalikan ke kami, Bapak bingung mau diapakan tulang ini hingga akhirnya dibikin tengkleng rica. Menu ini jadi titik balik warung kami pada tahun 1996. Sampai sekarang, kami selalu melakukan inovasi menu. Selain menu utama sate kambing dan tengkleng, ada sate buntel dan menu baru sop kambing, iga bakar dan sate kikil,” tutur Vita, putri almarhum Pak Manto, yang melanjutkan usaha kuliner ayahnya bersama ibu dan kedua adiknya.
Warung yang selalu ramai pengunjung ini berada di Jalan Honggowongso nomor 36, Kota Solo. Semula hanya berupa kedai kecil yang didirikan pada 1990, di Pasar Kembang Surakarta. Baru pada 1996, lokasi berpindah ke Jalan Honggowongso dan kini, setiap harinya bisa menjual seribu hingga dua ribu porsi di hari biasa dan dua kali lipat di akhir pekan. Warung Sate Kambing dan Tengkleng Pak Manto pun sudah memiliki delapan cabang di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang, Malang dan Surabaya.
Vita menambahkan, ada kriteria khusus untuk daging kambing yang dipakai di warungnya. Mereka bekerja sama dengan para peternak kambing Jawa atau jenis kambing kacang di desa-desa sekitar. Kambing yang dipilih harus gemuk, tak peduli berapa usianya. Kambing yang sudah satu atau dua kali melahirkan pun bisa digunakan asal gemuk.
“Kalau kambingnya kurus dagingnya pasti alot. Selalu jenis kambing Jawa atau kambing kacang yang gemuk, tidak ada domba. Kami juga memasak pakai tungku arang, hasil kerjasama dengan UMKM di Gunung Kidul, termasuk kipasnya. Kami tidak ambil dari pabrik, selalu UMKM. Untuk bumbunya, kami pakai 14 jenis rempah jadi nggak bau, seperti jahe, sereh, kemiri, asam jawa dan kunir alami dari para pedagang di pasar sekitar kami,”ujar Vita. Bumbu asli ini juga yang dipakai di warung cabang, termasuk chef-nya yang asli Solo untuk menjaga keotentikan rasa.
Dalam talkshow Pentingnya Pemenuhan Pangan Lokal Bernutrisi dan Berkelanjutan, Arif Mujahidin – Corporate Communications Director Danone Indonesia mengungkapkan, selain mencoba kuliner khas di berbagai daerah, masyarakat butuh produksi pangan yang bergizi dan disukai banyak orang dengan skala besar, yang bisa dinikmati kapan saja di rumah. Tugas kalangan industri untuk menyediakan kebutuhan tersebut dengan menjaga keberlangsungan semua aspeknya, termasuk alam sekitar.
Sementara Prof. Ahmad menekankan pentingnya konsumsi menu dengan gizi seimbang untuk menjawab tantangan tiga beban masalah gizi di Indonesia, yaitu stunting, wasting dan obesitas. Salah satu penyebab dari permasalahan ini adalah minimnya pemahaman masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan yang bergizi seimbang. So, Mom & Dad, ajak si kecil menyantap sate buntel dengan 2/3 piring nasi dan sayuran. Jangan lupa juga konsumsi beberapa potong buah kaya vitamin dan serat.