Si Kecil Moody, Hati-hati Gangguan Emosi
|Setiap bayi unik dan memiliki karakter sendiri, termasuk si kecil yang ekspresif atau moody. Yap, si kecil yang masih bayi pun bisa moody, Moms. Sebentar-sebentar nangis, dan Moms & Dads mungkin kadang sulit mencari tahu penyebab rewelnya.
Dr. dr. Margarita M. Maramis, Sp. KJ(K), Ketua Seksi Bipolar dan Gangguan Mood Lainnya PDSKJI mengungkap, si kecil yang sering rewel tanpa sebab yang jelas kemungkinan memiliki hambatan mood. “Memiliki hambatan mood bukan berarti ia nanti tumbuh dengan gangguan seperti bipolar dan lainnya. Kondisi ini akan berkembang sesuai pola pengasuhan dan peristiwa-peristiwa yang akan ia alami nanti,” tuturnya.
Dokter spesialis kejiwaan yang akrab disapa Dr. Marga ini menyarankan agar Moms & Dads tidak membiarkan si kecil terus-menerus moody. Tipsnya, hindari pola asuh yang ekstrem. Moms & Dads disarankan untuk tidak menanggapi kerewelan si kecil dengan ekspresi berlebihan, misalnya jadi ikutan stress, marah-marah atau sebaliknya, cenderung tidak peduli.
“Ekspresi berlebihan berisiko membuat anak mengalami ketidakstabilan emosi, bukan hanya bipolar. Banyak orangtua yang kalau sayang terlalu sayang, atau kesal sedikit marahnya terus-menerus,” ujar Dr. Marga.
Ada faktor keturunan yang mempengaruhi karakter anak, termasuk mood. Bahkan Dr. Marga menyebut, mood anak 60% dipengaruhi faktor keluarga. Orangtua yang sensitif, kemungkinan besar melahirkan anak yang juga sensitif. Begitupun dengan orangtua yang memiliki kecenderungan gangguan emosi seperti bipolar. Moms & Dads perlu menyadarinya jauh-jauh hari.
Disarankan agar Moms & Dads berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar dapat menerapkan pola asuh yang tepat untuk si kecil, yang mungkin mewarisi gangguan mood. Sekarang ini juga sudah berkembang deteksi dini untuk mengetahui gangguan emosi pada anak dari gerak motoriknya, yang dikenal dengan nama General Movement.
“Kita bisa melakukan sesuatu untuk mencegah beragam gangguan emosi, tidak hanya bipolar, bisa juga ADHD. Pada anak yang sering rewel, otak bagian emosi berarti lebih aktif dibandingkan dengan otak bagian berpikir. Bila tidak menerapkan pola asuh yang tepat, keaktifannya akan terus meningkat dan mengarah pada karakter sensitif,” jelasnya.