MSD Tanamkan Pentingnya Peran Support System Bagi Pasien Kanker Paru
|Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru di bulan November, MSD Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan acara dengan mengangkat tema “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya”. MSD dan YKI menandatangani kerjasama untuk mengadakan pameran seni bertajuk “Close the Cancer Gap” dalam rangka Hari Kesadaran Kanker Dunia pada tanggal 1–4 Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2.
Edukasi ini sangat penting bagi masyarakat luas menimbang kanker paru adalah penyakit kanker dengan angka kasus ketiga terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data kebanyakan penderitanya adalah para pria. Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34,783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia, sehingga menjadikan penyakit ini memiliki angka penyebab kematian akibat kanker paling tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Lebih lanjut, diketahui pula bahwa lebih dari 70% pasien kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif; 59 tahun atau bahkan lebih muda.
George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia, menyatakan, “Jika seseorang terdiagnosis kanker paru, hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pasien itu sendiri, tetapi juga keluarga, teman, dan komunitasnya. Oleh karena itu, MSD Indonesia melalui kesempatan ini melakukan edukasi untuk publik terutama orang-orang yang mengenal seseorang yang mengidap kanker paru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini agar teredukasi dengan informasi yang lebih baik sehingga dapat meminimalkan risikonya dan juga mengetahui bagaimana menjadi lebih suportif terhadap pasien. Kami percaya, setiap pasien kanker di Indonesia berhak mendapatkan pengobatan yang terbaik, memiliki support system yang optimal, sehingga dapat bertemu lebih banyak hari esok, dan menjadikan hari-hari mereka lebih bermakna.”
MSD menekankan pentingnya “hari esok” karena, bagi para pasien kanker paru dan keluarganya, tambahan satu hari untuk saling mempersembahkan cinta merupakan anugerah yang tak terkira dan sangat berharga.
“Setiap pasien pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik fisik dan juga mental. Untuk itu, peran perawat, tenaga medis maupun support system dari orang-orang sekitar, merupakan hal vital bagi para pasien. Support system tersebut diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan bagi para pasien untuk menjalani ragam perawatan dan memiliki optimisme menghadapi pengobatannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” tutur Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia.
Seirama dengan Prof. Aru, Hada Kusumonegoro, putri Indro “Warkop” sekaligus caregiver alm. Ibunda yang meninggal karena mengidap kanker paru pun mengakui pentingnya peran support system dalam masa perawatan. Hada tersadar bahwa ia harus menjadi pendamping yang kuat untuk bisa menguatkan alm. Ibunda. Hada setuju sekali kalau para pasien kanker paru, dan penyakit apapun, memang harus memiliki support system terbaik yang bisa menguatkan mereka melewati hari-harinya.
Sebagai penyintas kanker paru dan Anggota Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Retno Noto Soedjono pun merasakan pentingnya support system yang ia miliki ketika harus bertaruh melawan kanker paru stadium awal.
Hal lain yang berpotensi menggerus emosi dan psikologis adalah banyaknya berita misinformasi (hoaks) yang beredar tentang kanker paru ini. Dari minuman probiotik dapat mencegah kanker paru, memakai masker terus menerus dapat menyebabkan kanker paru hingga diagnosa sendiri saat gejala kanker paru muncul. Berita-berita yang sensasional seperti ini yang mengalihkan perhatian masyarakat dari informasi yang tepat tentang penanggulangan kanker paru.
Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia menjelaskan, “Gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya, seperti batuk dengan/tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru. Maka dari itu, jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet.”
Ia juga menjelaskan bahwa, “Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan. Sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok beresiko”.
MSD yakin momentum Bulan Kesadaran Kanker Paru 2023 adalah momentum yang tepat untuk meluruskan seluruh misinformasi tentang kanker paru di Indonesia. Sekaligus juga menekankan pesan betapa berharganya tambahan satu hari bagi kita semua, apalagi bagi penderita kanker paru dan keluarganya.
MSD dan YKI bersama berharap akan ada banyak partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat, utamanya pasien/penyintas kanker serta caregiver yang dituangkan dalam bentuk berbagai karya seni yang dapat mewakili perasaan dan perjalanan pengobatan kankernya. Submisi karya seni akan dibuka pada awal tahun 2024. Pameran tersebut terbuka untuk umum, dan diharapkan dapat dikunjungi oleh masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran terkait penyakit kanker di Indonesia.