Download!Download Point responsive WP Theme for FREE!

Kendalikan Hipertensi, Cegah Disfungsi Ereksi

dr. Tunggul D. Situmorang, DR. dr. Yuda Turana, dr. Arieska Ann Soenarta, dan dr. Joko Wibisono di peringatan World Hypertension Day 2016
dr. Tunggul D. Situmorang, DR. dr. Yuda Turana, dr. Arieska Ann Soenarta, dan dr. Joko Wibisono di peringatan World Hypertension Day 2016

Hipertensi atau tekanan darah tinggi meningkatkan risiko beragam penyakit berbahaya, Moms & Dads. Salah satunya adalah stroke. Selain itu, hipertensi yang tidak terkendali bisa memicu demensia, gagal ginjal dan jantung, hingga disfungsi ereksi pada pria dewasa.

Memperingati World Hypertension Day yang ditetapkan The World Hypertension League (WHL) setiap tanggal 17 Mei, Indonesian Society of Hypertension atau InaSH menggelar seminar media di kantor mereka, PERKI House, Jakarta Selatan, 18 Mei 2016. Tema yang diangkat adalah Hipertensi Sebagai Faktor Risiko Disfungsi Ereksi. Tema ini memiliki dampak besar pada keluarga, tapi sering dianggap tabu untuk dibicarakan.

“Disfungsi ereksi atau impotensi dapat mengganggu keharmonisan keluarga dan mempengaruhi psikologis pasangan karena ketidakmampuan berhubungan seksual,” ujar dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH.

Spesialis penyakit dalam sekaligus Wakil Ketua 1 InaSH ini menjelaskan, hipertensi yang tidak terkendali dengan baik akan menimbulkan  arteriosclerosis atau penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah yang berperan pada proses ereksi. Disfungsi ereksi atau DE juga dipicu oleh kerusakan endotel pembuluh darah atau endothelia dysfunction yang terjadi sebelum arteriosclerosis.

“Kerusakan endotel menyebabkan  perubahan fungsi dan struktur pembuluh darah atau vasculophathy yang akhirnya menjadi gangguan DE,” tambahnya.

Banyak faktor pemicu hipertensi, seperti faktor genetis, usia, gender, dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi umumnya dibarengi masalah lain, seperti diabetes, obesitas, dan kadar kolesterol tinggi. Begitu juga dengan DE yang dapat dipengaruhi faktor usia, konsumsi rokok, obesitas, dan kadar lemak (kolesterol/trigliserida) tinggi.

“Bahkan obat anti-hipertensi pun dicurigai ada yang memicu DE, tapi belum terbukti. Dokter akan memberikan alternatif obat yang aman, seperti  golongan ACE inhibitor, CCB dan ARB atau obat generasi baru, Nebivolol,” ujar ahli Nefrologi ini.

Bagaimana menghindari DE setelah didiagnosa hipertensi, dr. Tunggul menyarankan beberapa langkah ini:

  • Kendalikan tekanan darah dengan pengobatan
  • Kendalikan faktor risiko, terutama rokok
  • Kendalikan penyakit penyerta lainnya, seperti diabetes, obesitas dan lainnya
  • Pilih obat anti-hipertensi yang aman
  • Terapkan gaya hidup sehat dengan diet yang tepat, cukup berolahraga dan menghindari stress.

Ketua InaSH, Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S menambahkan, sangat penting untuk mengetahui tekanan darah Moms & Dads sejak dini. Cek tekanan darah secara rutin sesuai tema World Hypertension Day 2016, ‘Know your blood pressure,’ untuk menghindari beragam masalah di kemudian hari.  “Sebagian besar pengidapnya tidak terdiagnosa, dan memang sekali terdiagnosa hipertensi memerlukan pengobatan seumur hidup. Efek samping pengobatan jauh lebih kecil dibandingkan dengan masalah yang akan timbul,” ujar dokter spesialis syaraf ini.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *