Kenali dan Atasi Cyber Bullying Pada Anak
Terbukanya beragam informasi lewat Internet berpengaruh juga terhadap si kecil. Apalagi bila ia termasuk anak yang akrab dengan gadget dan media sosial. Sisi positifnya, ia berwawasan luas. Sisi negatifnya, si kecil rentan menjadi korban cyber bullying.
Moms & Dads tentu cukup sering mendengar istilah cyber bullying. Definisinya kurang lebih seperti ini, perilaku anti sosial yang melecehkan atau merendahkan seseorang lewat media online atau melalui telepon selular. Cyber bullying banyak menimpa remaja dan anak-anak. Bentuknya bisa beragam, biasanya berupa penyebaran isu palsu, posting foto memalukan, pelecehan seksual, ancaman hingga tindakan pemerasan.
Menurut Kak Seto Mulyadi, psikolog sekaligus pemerhati anak, cyber bullying bisa menimpa anak manapun di era digital ini. Moms & Dads perlu mewaspadai tanda-tanda berikut pada si kecil:
- Emosinya berubah drastis, seperti marah dan sedih berlebihan saat berinternet dan menggunakan ponsel.
- Si kecil menarik diri dari teman dan kegiatan yang biasa dijalankan karena merasa tidak nyaman di sekolah.
- Nilai akademis menurun.
- Si kecil tidak tampak seperti biasanya.
Bila semua atau sebagian besar tanda di atas terlihat, kemungkinan si kecil telah menjadi korban. Langkah-langkah berikut ini bisa Moms & Dads terapkan untuk merespon pelaku:
- Simpan dan cetak bukti cyber bullying.
- Identifikasi pelaku.
- Kontak si pelaku untuk menghentikan aksinya.
- Hubungi orang tua pelaku bila ia masih di bawah umur. Ceritakan secara jelas sambil menunjukkan bukti. Jika diperlukan, beri peringatan untuk mengambil langkah hukum bila tidak dihentikan.
- Hubungi pihak sekolah sebagai langkah protektif.
- Jika sudah mengarah ke tindak kekerasan, pemerasan atau seksual, segera hubungi pihak kepolisian.
Kak Seto menyebut, sebagian kasus cyber bullying anak berkaitan dengan pornografi. Dari survey yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati pada 2015, 67% dari 2.818 siswa kelas 4-6 SD ternyata pernah mengakses info pornografi. Bahkan data Komnas Anak pada 2007 menunjukkan 97% dari 4.500 remaja di 12 kota besar pernah menonton sesuatu yang berbau pornografi. Jadi sangat wajar bila Moms & Dads perlu mewaspadai isu ini dan melindungi si kecil dari bahaya pornografi.
Bagaimana caranya? Sementara data Yayasan Kita dan Buah Hati juga menunjukkan sebagian besar anak melihat pornografi di rumah sendiri. “Bangun kedekatan dan komunikasi yang efektif antara orangtua dengan anak,” tutur Kak Seto. Ia menambahkan, Moms & Dads perlu memiliki komitmen yang kuat, kekompakan, dan kepedulian pada hak anak. Orangtua juga perlu terus belajar dan kreatif agar tidak gagap teknologi dan mengikuti perkembangan anak.
“Orangtua professional harus segala bisa. Bisa jadi penyanyi, pendongeng, seniman, pelawak, pesulap, ilmuwan dan sebagainya dalam mendidik anak,” ujar Kak Seto.
Related Posts
-
4 Pilar Menjadi One Step Ahead Moms
No Comments | Feb 9, 2017
-
“Mens sana in corpore sano” , Ajak Si Kecil Olahraga
No Comments | Jan 28, 2016
-
Tips Mengusir Bau Mulut Saat Sedang Berpuasa
No Comments | Jul 8, 2014
-
Ryan Reynolds Dicuekin Putrinya
No Comments | Aug 7, 2015