Do & Don’t Pertolongan Psikologis
|
Saat seseorang kehilangan orang yang dicintai, mengalami kekerasan, kecelakaan, tertimpa bencana alam dan lainnya, ia membutuhkan pertolongan psikologis. Rasa empati dan dukungan yang menguatkan akan membuat dia lebih mampu menghadapi kesedihan dan mencegah depresi.
Pertolongan psikologis dapat dilakukan oleh siapa saja, terutama orang-orang terdekat. Moms & Dads pun bisa melakukannya untuk si kecil, keluarga, teman atau orang-orang di sekitar. Pertolongan pertama psikologis penting untuk mencegah berbagai gangguan kesehatan jiwa dan menjadi fokus peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, 10 Oktober, tahun ini.
Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Pusat, dr. Eka Viora, SpKJ, mengungkap, setiap orang memiliki respon unik terhadap situasi krisis. Sebagian besar mampu menghadapinya dengan wajar dan pulih dalam waktu tertentu, tapi ada juga yang mengalami depresi dan mengekspresikan emosi ke dalam hal negatif, seperti menyakiti diri sendiri atau orang lain, menggunakan narkoba, hingga bunuh diri.
Pertolongan pertama psikologis dari orang terdekat seperti keluarga, dibutuhkan agar tidak berkembang menjadi depresi. Seseorang bisa lebih cepat pulih, dan tanpa bantuan psikolog atau psikiater, ia mampu beradaptasi dengan kondisinya.
Bagaimana caranya? Dr. Eka Viora memaparkan beberapa poin do and don’t pertolongan pertama psikologis dalam Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2016 di Kementerian Kesehatan RI, 5 Oktober:
Do’s
- Dekati mereka secara aktif
- Dengarkan mereka
- Empati, hindari simpati
- Hargai martabat mereka
- Terima dan hargai pandangan mereka tentang masalahnya
- Ketahui kebutuhan mereka atas privacy dan confidentiality
- Jamin perawatan yang berkelanjutan
Dont’s
- Jangan paksakan dukungan dan bantuan pada mereka
- Jangan menginterupsi mereka bila sedang menyampaikan emosinya
- Jangan mengasihani mereka
- Jangan menghakimi mereka
- Jangan sebarkan rumor tentang mereka
- Jangan melabel mereka sebagai pengidap gangguan Jiwa
Berikan penanganan lebih lanjut, seperti berkonsultasi dengan psikolog, psikiater dan tenaga medis terlatih bila ia cenderung mengatasi masalahnya dengan tidak sehat. Misalnya, ia terus menyangkal dan menghindar secara berlebihan, bersikap impulsif, sangat tergantung pada orang lain, tidak bisa move on, menekan emosi berlebihan hingga terlalu banyak merokok dan menggunakan zat terlarang.
