Cegah Hipertensi dengan Kendalikan Tekanan Darah
|
Hipertensi menjadi suatu issue global yang penting dan memerlukan keterlibatan semua pihak. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 yaitu sekitar 34% tidak berubah dari angka yang didapat pada survey tahun 2007. Penyebabnya adalah tingginya kasus baru hipertensi akibat tingginya faktor risiko hipertensi seperti diabetes mellitus (kencing manis), kegemukan, konsumsi garam yang tinggi dan merokok.
Survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society of Hypertension) bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2018 menunjukkan pada sampel 68.846 orang dengan rentang usia rata 45 ± 16,3 tahun ditemukan 27.331 orang (30,8 %) adalah hipertensi. Angka ini lebih rendah dari survei tahun 2017 yaitu 34,5 %, hal ini disebabkan pada survei tahun 2018 terdapat 18,6 partisipan berusia 18-29 tahun. Dalam kelompok hipertensi hanya 13.018 (47,6 %) yang menyadari adanya hipertensi dan hanya 47,4 % yang mengkonsumsi obat anti hipertensi. Survei juga menunjukkan target pengobatan tidak tercapai pada 10.106 pasien (78,0 %). Dengan kondisi di Indonesia seperti ini tidak heran bila insiden penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal masih tinggi.
Erwinanto, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) mengatakan, “Tekanan darah harus dikendalikan baik bagi pasien hipertensi maupun individu yang tidak menderita hipertensi. Bukti penelitian yang ada secara konsisten memperlihatkan bahwa penurunan tekanan darah bagi pasien hipertensi menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, stroke dan gagal ginjal yang selain berhubungan dengan tingkat kematian tinggi juga menghabiskan biaya terbesar dari penyakit katastropik di Indonesia.”
Hipertensi dapat dicegah dengan menanamkan pola hidup sehat sejak dini walaupun adanya faktor genetik dan usia untuk dimodifikasi. Penyandang hipertensi dapat melakukan pengukuran tekanan darah baik itu di fasilitas kesehatan, secara mandiri di rumah, atau di komunitas tertentu. Bertambahnya usia ketika mencapai 45 tahun mempengaruhi peningkatan hipertensi. Pada usia 18 tahun terutama yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharuskan untuk secara rutin memeriksa tekanan darah secara regular. Hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan organ apabila tidak dikendalikan.
“Dampak kerusakan organ yang disebabkan oleh hipertensi pada otak mengakibatkan stroke, pada Jantung mengakibatkan penyakit jantung koroner, infark miokard, pembesaran jantung kiri dan gagal jantung. Selain itu, hipertensi pada ginjal dapat menyebabkan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang membutuhkan hemodialysis, hipertensi pada mata dapat menyebabkan retinopati yang berakhir dengan kebutaan.” ungkap dr.Djoko Wibisono, SpPD-KGH selaku Sekretaris Jenderal InaSH.
“Komplikasi hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah baik dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi (obat). TIPS hidup sehat dengan hipertensi antara lain dengan menurunkan BB, mengatur diet: mengurangi garam <5g/hr, banyak konsumsi sayur dan buah, menghindari lemak berlebihan; berhenti merokok; olahraga secara teratur; minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter; stop alkohol; mengendalikan stres dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta periksa laboratorium untuk deteksi dini terjadinya komplikasi,” tutupnya.